Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Badan Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia di tahun 2014 masih berada di atas level 3% dari produk domestik bruto (PDB).
Benedict Bingham, Deputi Senior IMF bilang, proyeksi tersebut terjadi karena melemahnya perdagangan dan permintaan pasar ekspor. Menurut Bingham, pasar ekspor Indonesia akan melemah hingga tahun depan.
Dalam jangka pendek, Indonesia dinilai akan menghadapi kondisi global yang lebih menantang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan melambat menjadi sekitar 5%-5,5%, karena investasi dan permintaan eksternal yang masih menunjukkan pelemahan.
Sementara itu, inflasi diperkirakan mencapai 9,5% secara tahunan atau year on year (yoy) tahun ini yang disumbang oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kenaikan harga pangan dan depresiasi nilai tukar rupiah baru-baru ini.
"Otoritas yang berwenang telah mengambil langkah-langkah signifikan sejak pertengahan 2013 untuk mengatasi ketidakseimbangan eksternal dan fiskal, mengurangi tekanan inflasi dan mengurangi volatilitas pasar," kata Benedict di Kantor IMF, Jakarta, Selasa (17/12).
Untuk mengatasi hal itu, IMF bilang Indonesia harus mendiversifikasi ekspor seperti mengekspor barang-barang manufaktur. Indonesia saat ini memiliki 45% dari tenaga kerja di ASEAN-5. Namun kontribusi ekspor non komoditas terhadap negara-negara ASEAN-5 kurang dari 8%.
Selain itu, IMF menyarankan agar kebijakan makro ekonomi Indonesia fokus untuk mengurangi ketidakseimbangan, mengurangi inflasi dan meyakinkan bahwa pasar obligasi dan nilai tukar fleksibel. Selain itu, kementerian keuangan juga harus membantu BI membawa ekonomi dalam masa transisi.
"Kemenkeu harus berkontribusi dalam mengeluarkan kebijakan berupa pajak dan memperkuat mobilisasi," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News