Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi modal dan finansial pada kuartal I-2019 tercatat surplus US$ 10,1 miliar. Naik mencapai empat kali lipat bila dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu yang tercatat surplus US$ 2,3 miliar.
Lonjakan surplus transaksi modal dan finansial terutama didukung oleh dana asing di investasi portofolio atau kerap disebut sebagai hot money. Secara tahunan, investasi portofolio berbalik arah dari defisit US$ 1,11 miliar menjadi surplus US$ 5,2 miliar.
Sementara itu, investasi langsung alias foreign direct investment (FDI) hanya tumbuh 8,7% secara tahunan.
Ekonom Center for Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menjelaskan memang selama ini struktur transaksi modal dan finansial memang didominasi oleh portofolio. "Apalagi sekarang FDI trennya melambat. Kondisi ini masih akan berlanjut di waktu yang akan datang," jelas Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (11/5).
Struktur transaksi modal dan finansial yang demikian menyebabkan rentan terhadap risiko terjadinya arus keluar (outflow). Apalagi ke depan Piter melihat arahnya semakin tidak pasti. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2019 di atas ekspektasi. "Kuartal satu kondisi aliran modal Indonesia memang lebih baik, tetapi kuartal dua dan seterusnya belum bisa dipastikan," jelas Piter.
Selama struktur permodalan masih bersandar pada investasi portofolio maka rupiah juga akan rentan mendapat tekanan. Apabila terjadi guncangan global maka bisa terjadi sudden reversal dimana aliran modal asing berbalik keluar secara masif dan akibatnya rupiah terdepresiasi signifikan.
Adapun lonjakan kenaikan investasi portofolio terjadi karena arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed berubah menjadi lebih lunak sejak akhir tahun lalu. Dengan sikap The Fed tersebut, aliran modal bergerak dari negara maju utamanya AS ke negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News