Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi portofolio pada kuartal I-2019 mencatatkan surplus US$ 5,2 miliar. Angka tersebut berbalik arah dari kondisi kuartal I-2018 yang defisit US$ 1,11 miliar. Karenanya, surplus transaksi modal dan finansial masih bersandar pada investasi portofolio.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mencatat dana yang masuk hingga Maret 2019 sekitar Rp 80 triliun. Dana tersebut masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) dengan porsi mencapai 85%. Dengan kondisi tersebut David melihat masih ada risiko yang dihadapi.
"Sejak akhir April terjadi gejolak karena pernyataan Trump di Twitter," ujar David saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/5).
Gejolak tersebut membuat investasi portofolio riskan mengalami arus keluar (outflow). David menjelaskan ada tiga kondisi yang menyebabkan global masih bergejolak yaitu pengenaan sanksi bagi negara yang mengimpor minyak dari Iran, pengenaan tarif bagi barang China yang masuk ke Amerika Serikat (AS) dari 10% menjadi 25% dan ekonomi AS yang baik, tumbuh 3,2% di luar ekspektasi.
Kondisi ekonomi AS yang baik membuat The Fed berpeluang kembali menaikkan suku bunga meskipun pada Mei ini mereka tetap menahan suku bunga. Kendati begitu, pasar saat ini sudah berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga. Sehingga data ekonomi AS yang membaik menimbulkan gejolak global.
Di sisi lain, David mengatakan kondisi dalam negeri belum cukup kondusif untuk berharap dari investasi langsung alias foreign direct investment (FDI). Terutama karena proses politik yang masih lama. Saat ini pemerintah belum bisa membuat keputusan krusial terkait kebutuhan investor. Maka hingga proses politik ini selesai investor akan cenderung menahan.
"Tidak mungkin dalam enam bulan ke depan berani ada keputusan kebijakan krusial yang selama ini ditanya para investor seperti ketenagakerjaan, daftar negatif investasi dan proyek pemerintah ke depan," ujar David.
Maka dia sangsi transaksi modal dan finansial akan terus mencatat surplus hingga akhir tahun. Kecuali perang dagang antara AS dan China segera selesai di akhir tahun.
"Ke depan harapannya ditopang investasi langsung asing. Ini yang belum optimal karena banyak aturan yang harus dibenahi. Soft infrastruktur seperti legal dan regulasi bisnis yang baru," imbuh David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News