Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Diam tidak lagi emas, jika berada dalam situasi yang mengancam.
Keberanian akan membalikkan situasi yang menyudutkan. Kita harus bicara, agar hal ini tidak dianggap biasa, dan berlalu seperti tidak terjadi apa-apa. Katakan pada diri sendiri bahwa saya berani. Ada nilai-nilai sosial yang mengikat perempuan dalam ruang publik. Sehingga sering membatasi gerak, bahkan ketika terjadi pelecehan pada diri sendiri, perempuan kerap takut bicara.
Banyak alasan melatarbelakangi, seperti trauma, tidak mau disudutkan dengan pertanyaan dan enggan menjadi sorotan.
Baca Juga: Defisit APBN 2019 hingga bulan November mencapai Rp 368,9 triliun
Peran Ibu sangat penting untuk bisa jadi teman di saat yang sulit seperti ini. Keterbukaan dalam rumah sejak dini, bisa sangat menolong anak-anak kita untuk lebih mudah berbagi, dan menceritakan pengalaman mereka baik atau buruk.
Saya berdiri di sini hari ini bukan hanya sebagai menteri, tapi juga sebagai Ibu, seorang rekan, kakak, perempuan, dan seorang teman yang dengan sepenuh hati saya mendorong seluruh perempuan untuk berani dan berdaya.
Kalian tidak pernah sendirian, kumpulkan keberanian untuk melawan. Dan sekali lagi, katakan pada diri sendiri, saya berani. Di Hari Ibu ini saya ingin kita semua mengingat peran Ibu, yang selama ini menguatkan, mengayomi, dan mengiringi kita dengan doa setiap hari.
Baca Juga: Penerimaan pajak turun, gara-gara restitusi pajak?
Memberi penerangan, Ibu terima kasih ku tak akan pernah terhenti. Ibuku cinta kasihku. Ibu terima kasihku tak akan pernah terhenti. Ibuku cinta kasihku. Selamat Hari Ibu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketika Sri Mulyani Hampir Menitikkan Air Mata Bermonolog di Hari Ibu..."
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Erlangga Djumena
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News