kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Momen Ramadan dan Lebaran Diramal Sundut Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II hingga 5,3%


Rabu, 22 Juni 2022 / 17:33 WIB
Momen Ramadan dan Lebaran Diramal Sundut Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II hingga 5,3%
ILUSTRASI. Pengunjung memilih pakian dengan potongan harga di sebuah pusat belanja di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momen Ramadan dan Idul Fitri diyakini memberi kekuatan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022. Bank Mandiri memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada periode April 2022 hingga Juni 2022 akan berada di kisaran 5,2% yoy hingga 5,3% yoy. 

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2022 ini berarti berpotensi lebih tinggi dari capaian pertumbuhan pada kuartal I-2022 yang pada waktu itu tercatat 5,01% yoy. 

“Perbaikan pertumbuhan pada kuartal II-2022 ini seiring dengan dukungan perbaikan belanja masyarakat, pertumbuhan ekspor, dan dukungan meningkatnya transaksi di tengah bulan Ramadan dan momen Idul Fitri,” tutur Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan, Rabu (22/6). 

Panji pun meyakini, pemulihan ekonomi terus berlanjut sehingga pada tahun ini, pertumbuhan bisa mencapai 5,17% yoy, atau melampaui capaian pada tahun 2021 yang sebesar 3,69% yoy. 

Baca Juga: Masih Ada Risiko Global, Bank Dunia Tawarkan 3 Kunci Perkokoh Ekonomi RI

Akan tetapi, Panji mengingatkan masih ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia. Tantangan ini kemudian perlu diwaspadai dan bahkan harus diantisipasi. Panji pun menjabarkan tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia. 

Pertama, kenaikan harga komoditas, baik itu harga energi maupun pangan. Hal ini seiring dengan gangguan rantai pasok global serta sentimen dari ketegangan politik antara Rusia dan Ukraina. Peningkatan harga komoditas tersebut akan meningkatkan biaya produksi dan konsumsi yang pada akhirnya menyundut inflasi dalam negeri. 

Kedua, potensi produsen yang akan menaikkan harga jual di tingkat konsumen akhir alias passing through, seiring dengan peningkatan harga produksi tersebut. Dengan demikian, akan ada potensi peningkatan inflasi indeks harga konsumen (IHK). 

Ketiga, depresiasi nilai tukar rupiah yang kemudian akan menaikkan biaya-biaya bahan baku impor. Apalagi, dengan melihat kondisi nilai tukar rupiah selama beberapa pekan terakhir yang nampak melemah. 

Baca Juga: Bos BI Tegaskan Belum Buru-buru Menaikkan Suku Bunga Acuan

Akan tetapi, di satu sisi, Panji memandang Indonesia mampu memanfaatkan situasi saat ini. Dengan peningkatan harga komoditas, ekspor Indonesia akan menguat dan ini akan memberi sumbangan pada pertumbuhan ekonomi. Pun pundi-pundi negara berpotensi meningkat. 

“Sehingga, tantangan yang kita hadapi ini harus bersamaan dengan sikap optimistis, karena kita juga mendapatkan keuntungan dari peningkatan harga komoditas,” tandas Panji. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×