Reporter: Diki Mardiansyah, Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Uji coba transaksi tol nirsentuh atau multi lane free flow (MLFF) pada 1 Juni lalu dipastikan gagal. Terlepas dari itu, pemerintah melalui Kementerian PUPR memastikan proyek tersebut tetap berjalan.
Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan, pemerintah akan tetap melanjutkan uji coba penerapan MLFF meski ada penyesuaian jadwal.
Lebih lanjut, pemerintah akan mempelajari dahulu penyesuaian rencana pengembangan sistem MLFF untuk waktu mendatang. Diharapkan pula Roatex sebagai pemrakarsa proyek sistem MLFF bisa segera menyelesaikan masalah internalnya, sehingga dapat kembali bekerja sesuai rencana.
"Roatex sejauh ini tetap bekerja sesuai rencana dalam koridor kerja sama bilateral antara Indonesia dan Hungaria," ujar Endra dalam keterangan resmi, Selasa (6/6).
Sebelumnya, Roatex dilanda kisruh internal di tengah mandeknya realisasi proyek sistem MLFF di Indonesia. Mantan Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) Musfihin Dahlan mengaku, sudah sejak pertengahan tahun lalu dirinya berbeda pendapat dan visi dengan para direksi RITS yang berasal dari Hungaria.
Baca Juga: Meski Sempat Diundur, Uji Coba MLFF Bakal Tetap Dilanjutkan
Salah satu masalah yang mencuat adalah kontraktor sistem MLFF, yaitu Multi Contact Zrt yang dipilih Roatex Zrt, induk usaha RITS, tidak bisa mengembangkan sistem MLFF yang sesuai dengan Key Performance Index (KPI) dari RITS. Teknologi deteksi kendaraan dengan satelit atau Global Navigation Satelite System (GNSS) yang dikembangkan Multi Contact hanya bisa membaca kondisi lalu lintas kendaraan di jalan tol kurang dari 80%.
Artinya, teknologi tersebut kemungkinan hanya akan menjamin 80% pendapatan masuk ke Badan Usaha Milik Jalan Tol (BUJT), sedangkan 20% sisanya berpotensi hilang atau rugi. Padahal, kata Musfihin, Roatex sudah melakukan pembayaran tagihan kontraktor sebesar US$ 90,5 juta atau setara Rp 1,36 triliun (acuan kurs Rp 15.000) hingga tahap atau milestone 6.
"Ada pembayaran lagi untuk milestone 7 sebesar US$ 14 juta dan US$ 40 juta untuk milestone 8. Tapi waktu itu kami tolak karena sistem yang diberikan masih banyak bolong," ungkap dia kepada KONTAN, Selasa (6/6).
Masalah lainnya ada pada aspek transfer teknologi. Indonesia menginginkan adanya transfer teknologi seiring pengembangan sistem MLFF di jalan tol dalam negeri. Kelak, pada masa depan pemerintah hendak mengembangkan sistem MLFF sendiri dan mengurangi ketergantungan dengan negara lain.
"Namun, Roatex Hungaria tidak setuju soal itu dan sampai sekarang belum ketemu solusinya," imbuh dia.
Baca Juga: Meski Terlambat, Roatex Sebut Penerapan Sistem Transaksi Tol Nontunai Tetap Berjalan
Ketegangan internal ini akhirnya memuncak dengan dicopotnya Musfihin dari jabatan sebagai Dirut RITS pada pekan lalu. Dia kemudian digantikan oleh Attila Keszeg. Belum cukup, Direktur RITS Peter Ong juga dicopot dan diganti oleh Orozs Gyula. Alhasil, seluruh direksi RITS kini dijabat oleh warga negara Hungaria.
Sementara itu, Gyula mengklaim proyek sistem MLFF masih berjalan dengan baik. Adanya keterlambatan uji coba hingga masalah internal di kubu Roatex justru dinilai sebagai hal yang biasa dalam sebuah proyek besar. "Kami tetap komitmen dan memiliki visi yang sama dengan pihak Indonesia," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News