CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Menteri PPN/Bappenas Prediksi Ekonomi Global Tumbuh Melambat pada 2022-2023


Senin, 21 Februari 2022 / 15:27 WIB
Menteri PPN/Bappenas Prediksi Ekonomi Global Tumbuh Melambat pada 2022-2023
ILUSTRASI. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa (kanan) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/1/2022).


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (PPN) atau Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, mengungkapkan, ekonomi global pada 2022 dan 2023 diperkirakan akan lebih lambat dibandingkan tahun 2021.

Perlambatan tersebut menurutnya akan memberikan efek risiko hard landing atau menurun secara drastis untuk negara berkembang.

“Selain itu, risiko yang harus dihadapi adalah karena isu perubahan China terkait rencana beralih ke energi terbarukan atau ramah lingkungan menimbulkan peningkatan risiko dalam keuangan,” tutur Suharso, dalam Diskusi Publik Forum Masyarakat Statistik: Kinerja Pertumbuhan Ekonomi di Masa Pandemi secara virtual, Senin (21/2).

Baca Juga: Bank Indonesia Proyeksi Transaksi LCS Tumbuh 10% pada 2022

Risiko keuangan ini karena akan banyak perusahaan padat karbon menghadapi profitabilitas yang lemah dan kerentanan likuiditas.

Selain itu, The Fed akan melakukan tapering off dan normalisasi suku bunga seiring dengan inflasi yang tinggi. Sehingga menurutnya, likuiditas global akan berkurang dan volatilitas akan meningkat.

“Kita tahu AS tingkat inflasi lagi tinggi mencapai 7,5%, dan tingkat penganggurannya tinggi 4,5% dan The Fed akan melakukan tapering off. Indonesia apakah akan mendapat masalah karena ini, bisa dilihat dari porsi kepemilikan surat utang negara,” jelas Suharso.

Baca Juga: Sejumlah Bank Masih Akan Andalkan SBN untuk Mengoptimalkan Likuiditas

Lebih lanjut, Ia menyebut adanya pandemi Covid-19 yang masih dalam ketidakpastian juga akan terus menimbulkan polemik. Teranyar, adanya varian Omicron yang tingkat penularannya lebih parah dari varian sebelumnya, meskipun efek yang ditimbulkan tidak parah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×