Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari waktu ke waktu, sektor UMKM terutama usaha mikro dinilai semakin gemuk atau bertambah. Terlebih saat pandemi seperti sekarang, lantaran sektor formal belum dapat membuka lapangan pekerjaan, maka sektor informal yaitu usaha mikro banyak bermunculan.
Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki menyebut, saat ini penting bagaimana mendorong usaha mikro yang semakin banyak untuk bisa tumbuh ke atas atau naik kelas, dengan mentransformasikannya ke sektor formal. Semakin besarnya pemain sektor mikro juga menimbulkan potensi persaingan yang semakin tinggi diantaranya.
Teten menambahkan, karena itu untuk memperbesar rasio partisipasi rantai pasok UMKM, perlu dorongan kemitraan dengan usaha besar.
"Jadi UMKM itu jangan didorong membuat produk jadi. Karena produk jadi akan bersaing dengan usaha besar. Nah kalau dia masuk ke pasar nasional akan kalah tapi kalau UMKM seperti di di Cina, Korea Selatan atau Jepang dia hanya memproduksi satu komponen memproduksi bahan baku penolong industri sehingga bisa terintegrasi dengan sistem produksi industri nasional," jelas Teten dalam Diskusi Virtual pada Jumat (11/12).
Kemitraan antara usaha besar dan UMKM jadi langkah yang perlu didorong ke depan. Jika UMKM diposisikan membantu industri besar dalam memenuhi produk penolong atau bahan baku, maka ketika industri besar berkembang juga akan berdampak ke UMKM sebagai mitra. Hal tersebut Teten menjelaskan perlu meniru dari ketiga negara seperti China, Korea Selatan dan Jepang dalam mengembangkan UMKM disana.
"Ini penting supaya UMKM ini ngga berhadapan dengan usaha besar, karena pasti akan kalah. Tapi terintegrasi dengan produksi nasional, kalau yang besar ekspor maka UMKM kita akan terhubung dan akan jadi bagian dari rantai pasok global itu," ungkapnya.
Baca Juga: Banpres PUM tersalur 92%, Menkop usul penerima juga bisa peroleh KUR super mikro
Teten memberi contoh, selama ini sudah ada UMKM sektor logam yang memasok produk untuk industri otomotif. Namun sayangnya jumlah tersebut masih relatif kecil.
Guna menarik usaha besar untuk bermitra dengan UMKM, Teten menyebut perlu adanya isentif, misalnya perpajakan. Teten menegaskan kerjasama industri besar dengan UMKM tidak hanya sebatas charity saja. UMKM ditekankan perlu diletakkan sebagai sektor yang membantu industri besar dalam mememuhi kebutuhan produksinya.
"Misal industri baja kemitraannya dengan pengrajin keripik melinjo ini kan charity saja itu CSR, jangan kayak gitu. Kita ingin bagaimana produk UMKM ini bisa dalam bentuk bahan baku bisa sparepart bisa supply industri besar, jadi besar jangan membunuh yang kecil," tegasnya.
Terkait produk impor yang digunakan industri besar, Teten menyebut perlu ada perhatian pada UMKM untuk menghasilkan subtitusi produk tersebut. Ia menceritakan terdapat koperasi yang sebelumnya memproduksi rem kereta api bagi industri kini harus putus kerjasama, lantaran industri memutuskan mendatangkan produk yang sama dari luar negeri.
"Tiba-tiba diputus dan impor dari Australia mati ini usahanya, padahal mestinya bukan hanya rem saja bisa dikembangkan komponen lain. Jadi industri kecil ini juga bisa tumbuh karena produknya diserap oleh yang besar. Ini saya kira kebijakan yang beberapa produk yang impor itu bisa di subtitusi oleh UMKM," jelasnya.
Selanjutnya: Kemenkop UKM akui fintech berperan beri kemudahan pembiayaan bagi UMKM
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News