Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertikaian dagang yang melibatkan China dan Amerika Serikat turut berdampak pada perekonomian Indonesia. Meski begitu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan di tahun mendatang tidak akan ada lagi interaksi yang ekstrim antara China dan Amerika Serikat.
Karena itu, Darmin pun optimistis pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi di tahun depan masih bisa sesuai dengan target yang ditetapkan dalam APBN 2019.
"Kami optimis ke depan, tingkat inflasi masih berada di titik aman yakni berada level 3%. Kami juga melihat bukan sesuatu yang berat untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi di level 5,3%, sesuai dengan asumsi makroekonomi APBN 2019," ujar Darmin seperti yang tertera dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (5/12).
Pertumbuhan ekonomi tahun depan masih lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Darmin memproyeksi, pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan berkisar 5,14% hingga 5,15%. Menurut Darmin, hal ini merupakan akibat dari ketidakpastian global yang tengah terjadi.
Di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksi akan mengalami perlambatan. Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) yang dirilis pada Oktober 2018, perekonomian dunia diprediksi sedikit melambat dari 3,73% menjadi 3,7%. Meski begitu, pemerintah terus konsisten menjalankan transformasi ekonomi, khususnya dalam menggarap kebijakan ekonomi supply-side hingga akhir masa pemerintahan.
Meski ekonomi dunia bergejolak, namun Darmin mengatakan kebijakan supply-side dalam empat tahun belakangan sudah membuahkan hasil. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil. Ini juga diikuti oleh indikator sosial yang juga membaik, seperti tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, rasio gini, hingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
"Artinya, semua kebijakan sudah mengarah pada pembangunan yang berkualitas. Ini capaian yang baik, mengingat karena biasanya pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan perbaikan keadaan sosial. Hal ini adalah suatu prestasi yang baik," tambah Darmin.
Keputusan untuk memprioritaskan kebijakan ekonomi supply-side sudah dilaksanakan melalui perbaikan infrastruktur, perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan kebijakan reforma agraria. Kebijakan supply-side ini selain lebih mudah dikendalikan, juga mampu membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat secara merata di pedesaan dan perkotaan.
“Pendekatan ini dapat diwujudkan tanpa adanya perpindahan barang dan jasa secara besar-besaran ke luar ataupun ke dalam negeri. Namun, kebijakan demand-side tidak boleh dilupakan dengan tetap mendorong investasi dan konsumsi masyarakat,” ujar Darmin.
Darmin menegaskan fokus kebijakan supply-side terus digalakkan untuk memberikan multiplier effect yang besar yang terus diselaraskan dengan program pemerataan ekonomi. Infrastrukur akan melahirkan kegiatan-kegiatan baru yang ditransformasikan dari kegiatan lama. Sistem logistik juga perlu dibangun juga setelah infrastruktur tersedia. Hal ini dapat direalisasikan dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah supaya membuat pasar pengepul agar konektivitas terbentuk secara sempurna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News