kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

JPMorgan: Pasar saham Indonesia overweight tahun 2019


Rabu, 05 Desember 2018 / 10:53 WIB
JPMorgan: Pasar saham Indonesia overweight tahun 2019
ILUSTRASI. JP MORGAN


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JP Morgan masih memandang overwheight pasar saham Indonesia di tahun 2019. Tahun depan, bank asal Amerika Serikat (AS) ini memproyeksi pertumbuhan laba indeks saham bisa mencapai 14%.

Dalam laporannya, Selasa (4/12), JP Morgan melihat pertumbuhan laba di 2019 akan didorong oleh sejumlah faktor. Diantaranya, pengeluaran pemilu yang diproyeksi akan mendorong permintaan domestik. Ditambah lagi, tingkat inflasi yang masih cenderung rendah turut memperkuat daya beli.

Di sisi perbankan, kredit juga tumbuh lebih cepat dan kualitas aset terbilang stabil. Sentimen eksternal juga cukup mendukung di tengah melemahnya harga minyak mentah dunia, arah kebijakan The Federal Reserves yang lebih dovish tahun depan, serta tensi dagang AS dan China yang mereda untuk sementara.

Meninjau makroekonomi, JP Morgan meyakini defisit transaksi berjalan (current account deficit) pada 2019 bisa menyempit ke level 2,7% dari PDB, dibanding 3% dari PDB di tahun ini. Tingkat inflasi juga masih akan berada dalam target pemerintah yakni plus minus satu dari 3,5%.

Tekanan nilai tukar rupiah diprediksi akan mereda seiring dengan upaya pemerintah mengurangi kebutuhan dollar AS melalui pembatasan impor minyak. Dari sisi moneter, JP Morgan melihat kebijakan Bank Indonesia masih akan proaktif dengan proyeksi kenaikan suku bunga sebesar 100 basis poin (bps) di sepanjang 2019.

Menurut catatan JP Morgan, investor asing mencatat arus keluar modal (outflow) sekitar US$ 3,2 miliar (ytd) dari pasar saham domestik. Namun, sentimen yang lebih positif di tahun depan diharapkan bisa mengembalikan modal tersebut masuk ke pasar ekuitas Indonesia.

Kendati begitu, ada beberapa risiko yang masih perlu diantisipasi. Misalnya, pembalikan harga minyak mentah dunia naik lebih tinggi sehingga potensi defisit kembar (twin deficit) kian terbuka, pengetatan kebijakan moneter negara-negara maju, dan memanasnya kembali perang dagang AS-China. Perlambatan ekonomi China dan depresiasi mata uangnya bakal menekan kinerja ekspor Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×