Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui bahwa indeks manufaktur Indonesia yang masih terjebak di zona merah disebabkan karena pelemahan daya beli.
Seperti yang diketahui, Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat masih lemah ke level 49,2 atau berada pada level kontraksi pada Oktober 2024.
Angka ini tidak berubah jika dibandingkan September 2024 yang juga berada di 49,2. Dengan begitu, PMI Manufaktur Indonesia masih terjebak di zona merah atau mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut.
Baca Juga: PMI Manufaktur Caixin: Aktivitas Pabrik China Kembali Tumbuh pada Oktober
"Tentu kita akan melihat kalau bagi kita di Indonesia kita melihat juga dari segi domestik itu terjadi pelemahan konsumen juga. Nah tentu kita berharap ini bisa recover," ujar Airlangga kepada awak media di Jakarta, Jumat (1/11).
Meski terjadi pelemahan, Airlangga berharap konsumsi bisa meningkat sehingga industri manufaktur juga bisa bangkit. Oleh karena itu, pihaknya akan terus memonitor perkembangan baik dari pasar domestik maupun permintaan dari pasar ekspor.
Baca Juga: Pemerintah Harus Segera Dorong Daya Beli agar Pertumbuhan Ekonomi Tak Terhambat
"Kalau konsumsinya recover kita juga berharap industrinya juga bisa akan terdorong," katanya.
Di sisi lain, Airlangga menekankan bahwa beberapa negara-negara di kawasan ASEAN memang sedang mengalami kontraksi industri manufaktur.
"Hanya mungkin yang masih baik itu adalah Vietnam," imbuh Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News