Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Tahun depan, pemerintah akan menaikkan tarif tenaga listrik (TTL). Meski begitu, pemerintah masih yakin dampak inflasi akibat kenaikan TTL masih sejalan dengan asumsi inflasi pemerintah.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan rencana kenaikan TTL itu masuk dalam RAPBN 2013. Namun, kenaikan TTL ini tak akan mengganggu target inflasi. "Dampak kepada inflasinya jauh lebih terkendali ketimbang kalau menaikkan (tarif) yang lain," ujarnya Senin (27/8)..
Seperti diketahui, dalam RAPBN 2013 pemerintah akan menaikkan TTL rata-rata 15%. Kenaikan TTL ini akan dilakukan secara bertahap setiap tiga bulan sekali.
Dalam RAPBN 2013 itu, Pemerintah pun mematok asumsi inflasi sebesar 4,9%. Sementara Bank Indonesia (BI) memperkirakan asumsi inflasi tahun 2013 masih sama dengan tahun ini yaitu sebesar 4,5% plus minus 1%.
Pengamat Ekonomi Aviliani mengatakan TTL memang sudah seharusnya naik. Alasannya, saat ini beban subsidi sudah terlalu besar. Pengguna listrik kelas menengah juga cukup besar sehingga sudah tidak layak disubsidi. Terlebih, menaikkan TTL lebih mudah dilakukan ketimbang menaikkan harga BBM bersubsidi.
Ia setuju dampak inflasi akibat kenaikan TTL akan lebih rendah. "Kalau TTL dampak inflasinya tidak besar, tidak separah (inflasi akibat kenaikan harga) BBM," ujarnya.
Direktur INDEF Enny Sri Hartati sependapat bahwa inflasi TTL bisa lebih rendah. Tapi tetap saja, kenaikan TTL akan berdampak pada kenaikan harga produk industri karena sebagian industri menggunakan listrik PLN.
Menurut Enny, sebenarnya permasalahan listrik bersumber dari biaya produksi PLN yang tinggi akibat penggunaan energi dari BBM. "Seharusnya ini dibenahi, PLN harus menggunakan bauran energi sehingga ongkos produksinya lebih murah," kata Enny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News