Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kepanikan di pasar keuangan global telah memacu reaksi irasional dari para investor di sektor keuangan berbagai negara. Hal ini memicu aliran modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia.
Hanya saja, menurut Menkeu, masa terburuk di tingkat global dan Indonesia sudah berlalu. “Masa terburuk tekanan Covid-19 yang terjadi pada Maret sudah terlewati. Namun, ketidakpastian dan gejolak masih dapat terjadi,” ujar Menkeu Sri Mulyani, dalam rapat kerja bersama komisi XI, Kamis (30/4/2020).
Sepanjang Maret 2020, kepanikan akibat sebaran pandemi Covid-19 telah memicu aliran modal asing keluar dari aset surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 120 triliun. "Outlfow menyebabkan tekanan yang luar biasa," ujar Menkeu.
Ani, panggilan karib Menkeu mengatakan tekanan Covid-19 di sektor keuangan lebih tinggi dibandingkan saat terjadinya krisis keuangan 2008. Dampak ke ekonomi jauh lebih luas, karena ini tantangannya di bidang kesehatan. Keselamatan manusia menjadi pertaruhan.
Adapun di sisi pasar keuangan, “Indeks saham emerging market terontraksi 20% hingga 24 April," jelasnya.
Hingga April 2020, tercatat aliran modal asing keluar sebesar Rp 159,6 triliun. Ini memicu voltalitas rupiah dan menekan surat berharga negara, sehingga imbal hasil tenor 10 tahun naik hingga 8,08%.
Banyak investor global mengalihkan dananya ke aset yang aman, yakni indeks dolar AS yang mencapai 4% dan emas yang harganya naik 14% (ytd).
Oleh karena itu, pemerintah terus mewaspadai berbagai perkembangan. Apalagi, berdasarkan data global, total kerugian ekonomi akibat disrupsi global khususnya Covid-19 mencapai US$ 9 triliun sepanjang 2020-2021.
Nilai kerugian ini setara dengan total PDB dua negara maju, yakni Jerman dan Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News