Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengingatkan agar pemerintah tetap waspada terhadap ketimpangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah.
Ia menilai, meski indikator makro nasional menunjukkan perbaikan, pemerataan ekonomi di daerah masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2025 mencapai 5,12%, sementara inflasi berada di level 2,65% year on year (YoY) per September 2025.
Baca Juga: Work-Life Harmony ala Jeff Bezos: Kunci Sukses dan Bahagia?
Tingkat pengangguran turun ke 4,76% per Februari, dan angka kemiskinan menurun ke 8,47% per Maret 2025, terendah sejak krisis 1998.
Namun, Purbaya menilai capaian tersebut belum cukup menggambarkan kondisi ekonomi di daerah yang cenderung tumbuh lebih lambat.
“Kita mesti waspada. Kalau pertumbuhan tidak merata dan lambat, walaupun angka kemiskinan rendah, masyarakat tetap bisa turun ke jalan seperti beberapa bulan lalu,” ujar Purbaya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025 bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (20/10/2025).
Ia menekankan, tantangan utama pemerintah adalah menjaga momentum pertumbuhan sekaligus memastikan hasilnya dirasakan hingga lapisan terbawah masyarakat.
“Untuk sampai ke bawah, peran pemerintah daerah jauh lebih kuat dibanding pusat. Jadi kalau ada uang, belanjakanlah sesuai desain APBN-nya,” tegasnya.
Baca Juga: Purbaya: Ekonomi Mulai Pulih, Kelas Menengah Jadi Kelompok Pertama yang Menikmati
Pertumbuhan Masih Terkonsentrasi di Jawa
Purbaya mengakui pertumbuhan ekonomi daerah masih positif, namun belum merata. Pulau Jawa masih mendominasi dengan kontribusi 56,9% terhadap ekonomi nasional dan pertumbuhan 5,2% pada tahun ini.
“Ini yang harus kita ubah. Ekonomi kita masih Jawa-sentris. Sudah bertahun-tahun dicoba digeser, tapi belum berhasil,” ujarnya.
Ia mendorong pemerintah daerah dengan potensi ekonomi besar dan dana berlebih untuk lebih agresif mengembangkan sektor unggulan agar pemerataan pertumbuhan bisa tercapai.
“Kalau tidak, kita akan terus seperti ini, Jawa-sentris seolah-olah. Ke depan, kami akan berupaya memperkuat pertumbuhan di luar Jawa,” katanya.
Selain itu, Purbaya menyoroti pentingnya diversifikasi ekonomi di luar sektor komoditas, terutama bagi daerah dengan ketergantungan tinggi pada sumber daya alam.
“Kalau komoditas habis, harus ada sumber pendapatan baru. Mulailah investasikan uang di industri lain, terutama pengembangan sumber daya manusia,” ujarnya.
Ia mencontohkan Sulawesi sebagai wilayah dengan pertumbuhan tertinggi berkat hilirisasi industri, yang konsisten tumbuh di atas 7% per tahun.
Adapun Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara juga menunjukkan kebangkitan ekonomi melalui sektor pengolahan dan pariwisata.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Bentuk Pokja Awasi Belanja 26 K/L
Pemda Diminta Percepat Belanja
Purbaya menegaskan seluruh indikator makroekonomi menunjukkan penguatan selama sembilan bulan pertama 2025.
Namun, ia tetap meminta pemerintah daerah mempercepat realisasi belanja agar perekonomian lokal lebih bergairah.
“Semua ini menunjukkan ekonomi kita kuat. Tapi Pemda harus tetap menstimulasi ekonomi daerah melalui belanja yang cepat, tepat, dan produktif,” pungkasnya.
Selanjutnya: Waskita Karya Raih Kontrak Baru US$56,86 Juta untuk Proyek Air Baku Karian–Serpong
Menarik Dibaca: Review Samsung A34 Andalkan MediaTek Dimensity 1080 & Penyimpanan Sampai 256 GB!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News