Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyarankan agar Kementerian Keuangan mengucurkan dana Rp 50 triliun setiap tahunnya ke Indonesia Investment Authority (INA). Hal ini untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, saat ini sebagian besar dana yang dikelola oleh INA ditempatkan pada obligasi.
“Saya nggak mau ngasih uang kesana kalau uangnya dibelikan bond lagi. Mending saya kurangin bond saya,” tutur Purbaya kepad awak media, Jumat (17/10/2025).
Baca Juga: BPD DIY Catatkan Kredit Multiguna Capai Rp 4,47 Triliun pada Agustus 2025
Purbaya menyebut, hal serupa juga dilakukan oleh BPI Danantara. Purbaya juga mengkritik langkah Danantara yang juga menempatkan dividen dari BUMN dengan membeli obligasi pemerintah.
“Danatara kan gitu, sebagian besar masih bond kan kemarin. Makanya saya pernah kritik waktu meeting. Itu kan kenapa taruh di bond?,” ungkapnya.
Sebelumnya, Luhut mengungkapkan, penambahan investasi rutin Rp 50 triliun per tahun dari dana mengendap di Bank Indoensia (BI) ke INA tersebut dapat berkembang menjadi Rp 1.000 triliun dalam lima tahun mendatang.
"Kalau kita tarik investasi Rp 50 triliun ke situ tiap tahun, dari dana yang tadi ada masih sisa di Bank Indonesia Rp 491 triliun, dari yang Rp 200 triliun sudah ditaruh ke perbankan, itu kalau kita leverage itu bisa Rp 1.000 triliun dalam 5 tahun ke depan," ujar Luhut dalam acara diskusi ekonomi bertajuk satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran, Kamis (16/10/2025).
Menurutnya, potensi dana tersebut bisa menjadi pendorong utama peningkatan foreign direct investment (FDI) ke Indonesia.
"Dan itu angka yang sangat besar, yang menjadi bagian nanti foreign direct investment ke Republik ini," katanya.
Oleh karena itu, Luhut mengatakan, INA dan Danantara akan menjadi dua mesin pertumbuhan ekonomi.
Selain INA, Luhut menyebut peran sektor swasta dan investasi asing langsung (FDI) juga menjadi motor penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Menurut Luhut, peranan swasta memiliki peranan yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 8%.
Baca Juga: IHSG Anjlok ke Bawah Level 8.000, Ini Respon Menkeu Purbaya
Selanjutnya: Jelang Paparan Kinerja, Harga Saham BCA Rebound Dua Hari Berturut-turut
Menarik Dibaca: 10 Makanan yang Bisa Memperburuk Flu, Sebaiknya Hindari Konsumsinya ya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News