Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail Zaini memandang kebijakan moneter tersebut menandakan optimisme BI kalau The Fed bakal pangkas suku bunga acuannya. Di mana saat ini Fed rate di level 2%-2,25%.
Mikail memandang BI sengaja memangkas BI7DRR guna melemahkan rupiah. Sehingga ekspor Indonesia bisa dioptimalkan. Mengingat China dan beberapa negara emerging market lainnya telah terlebih dahulu pangkas suku bunga.
Baca Juga: Suku bunga BI turun lagi, BRI kian yakin bisa capai target pertumbuhan kredit 12%
Dia menilai jelang pertemuan The Fed, nanti malam waktu Washington, The Fed akan berpidato soal outlook perekonomian AS di acara Jackson Hole. Dari sana bisa terlihat kebijakan suku bunga The Fed untuk September ini.
Di sisi lain, Mikail menambahkan jika BI menahan suku bunga , Indonesia tetap diuntungkan rupiah masih bisa melemah di tengah inflasi yang tetap terjaga rendah. Adapun sampai dengan akhir tahun 2019, Mikail meramal rupiah akan melemah di level Rp 14.400 per dollar AS.
“Sikap BI memang agresif, inilah yang diperlukan Indonesia guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi lebih baik dan mencapai target pemerintah di level 5,2%,” kata Mikail kepada Kontan.co.id, Kamis (22/8).
Baca Juga: BI pertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik saat pangkas suku bunga
Dari sisi investasi, BI7DRR di level 5,5% menurut Mikail masih kompetitif. Ibaratnya, investor asing tidak punya pilihan lain, sebab tren bank sentral global saat ini memangkas suku bunga acuan. “Apalagi investasi langsung atau penanaman modal, lebih menarik karena bunga kredit rendah,” ujar Mikail.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News