kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik outlook investasi pasca aturan turunan UU Cipta Kerja diterbitkan


Selasa, 09 Maret 2021 / 19:11 WIB
Menilik outlook investasi pasca aturan turunan UU Cipta Kerja diterbitkan
ILUSTRASI. Menilik outlook investasi pasca aturan turunan UU Cipta Kerja diterbitkan


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

“Jadi untuk sekarang ini kita akan jemput bola investasi yang besar-besar. Tapi tidak hanya penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN), tapi juga investasi UMKM,” ujar Yoliot. 

Tak terkecuali melanjutkan negosiasi dengan Tesla, Inc. untuk melengkapi cita-cita pemerintah membangun ekosistem mobil listrik dalam negeri. Tesla akan mempertimbangkan investasi di enam sektor antara lain mobil, starlink, launching pad, hypersonic, baterai lithium, dan stabilizer energy. 

Namun Yuliot belum bisa memastikan perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu mendirikan pabrik di Indonesia. Yang jelas, jika Tesla masuk, akan menambah satu lagi PMA besar, setelah LG Energy Solutition Ltd, membangun industri baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan nilai investasi sebesar US$ 9,8 miliar yang direalisasikan pada 2020 dan 2021.

Ketua Asosasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengaku ada perbaikan birokrasi perizinan berusaha setelah aturan turunan UU Cipta Kerja diterbitkan. Dia bilang, semua izin usaha sudah difasilitasi langsung oleh BKPM, sehingga bagi investor jauh lebih efektif dan efisien.

Baca Juga: Ombudsman minta RPP jalan tol harus sesuai prinsip pelayanan publik

Kata Hariyadi meski pandemi masih menjadi momok perekonomian, tapi geliat investasi sudah berjalan sejak awal tahun ini. Beberapa sektor usaha berani menanamkan modalnya seperti sektor makanan dan minuman dan logistik. Karena adanya harapan pemulihan ekonomi di tahun ini. Alhasil, Hariyadi optimistis realisasi investasi bisa tumbuh dari pencapaian tahun lalu. 

Meski begitu, Hariyadi menilai keberhasilan vaksinasi menjadi faktor penting untuk menciptakan confidence investor terhadap daya beli masyarakat. Bila vaksinasi berjalan lambat, investor akan cenderung menahan modalnya.  

“Vaksinasi akan diikuti oleh demand. Jadi saat ini konsentrasi pemerintah kepada vaksin saja baik yang umum maupun yang gotong-royong,” kata Hariyadi kepada KONTAN, Selasa (9/3).

Ekonom Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky menilai jika program vaksinasi berlangsung lebih lama dibandingkan negara berkembang lainnya, maka investor akan mengalihkan modalnya. 

“Kalau vaksinasi di Indonesia masih rendah perharinya, maka kemungkinan besar aliran modal investor yang seharusnya berpotensi ke Indonesia lari ke negara yang lebih siap seperti Vietnam dan India. Bahkan, kalau melihat Tesla lebih pilih India,” kata Riefky kepada KONTAN, Selasa (9/3). 

Oleh karena itu, Riefky memprediksi target Rp 900 triliun realisasi investasi di tahun ini mustahil tercapai. Dia mengira paling besar nilai modal investor yang terkumpul tahu ini sebesar Rp 858,5 triliun sesuai target dari Bappenas.

Riefky menambahkan, sambil menyiapkan OSS berbasisi risiko, BKPM dan pemerintah pusat musti melakukan sosialisasi masal aturan turunan UU Cipta Kerja kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), pemerintah daerah, serta pengusaha. Agar tidak ada lagi tumpang tindih aturan pusat dan daerah. 

Selanjutnya: Pengadaan Tanah Proyek Strategis Berjalan Mulus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×