Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada Akhir 2022 sebesar US$ 135,7 miliar. Angka ini turun 0,33% jika dibandingkan pada posisi akhir Maret 2022 sebesar US$ 139,1 miliar.
Penurunan yang mencapai US$ 3,4 miliar itu disebabkan oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, sehingga menurutnya hal itu masih cukup kuat untuk menjaga ketahanan eksternal ke depannya.
Reny mengatakan, dirinya masih optimis cadangan devisa masih akan tetap kuat. Namun ada yang perlu diwaspadai, yaitu terkait tekanan eksternal terutama dari normalisasi kebijakan The Fed.
Baca Juga: Pasar Kripto Sedang Ambruk, Simak Tips Trading dari CEO Indodax
“Perlu diwaspadai tekanan eksternal terutama dari normalisasi kebijakan The Fed,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Jumat (13/5).
Lebih lanjut, Reny menambahkan, dengan adanya penurunan cadangan devisa pada April 2022 ini, menurutnya untuk jangka pendek volatilitas Rupiah akan tinggi dan bergerak di kisaran Rp 14.475 hingga Rp 14.590. Namun dirinya masih optimis di akhir tahun, Rupiah dapat menguat seiring dengan pemulihan ekonomi domestik ke kisaran Rp 14.400-an.
“Kalau sepanjang April masih inflow sekitar Rp 24 triliun,” kata Reny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News