Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masyarakat sepertinya makin sulih mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut dibuktikan dengan tren penyerapan tenaga kerja di Indonesia yang makin terkikis dalam empat tahun terakhir.
Berdasarkan data Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) perkembangan penyerapan tenaga kerja dari investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMD) melambat. Dalam empat tahun terakhir, terjadi penurunan di tiap kuartal II.
Baca Juga: Tanpa Penghasilan Tambahan, Konsumen Semakin Pesimis
Pada kuartal II-2015 jumlah penyerapan tenaga kerja mencapai 370.945 orang. Kuartal II-2016 sebanyak 354.739 orang. Kuartal II-2017 sebesar 345.293 orang. Kuartal II-2018 sejumlah 289.843 orang. Selanjutnya jatuh ladi pada kuartal II-2019 yakni 235.314 orang.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memandang penyebab penyerapan tenaga kerja makin sedikit lantaran sektor sekunder yakni manufaktur tumbuh melambat beberapa tahun ke belakang. Sehingga industri padat karya seperti tekstil, perkayuan dan olahannya, kertas, dan kimia mengurangi keterbukaan tenaga kerja.
Indikasi yang terjadi adalah tren investor saat ini lebih memilih menaruh investasinya dalam industri padat modal. Di mana aktifitas produksinya cenderung menekankan dan tergantung pada penggunaan mesin-mesin dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja manusia.
Josua menyebut tren investor memang akan cenderung masuk ke industri padat modal ketimbang padat karya. “Produktivitas tenaga kerja industri olahan turun dan biaya karyawan semakin tinggi karena semakin banyak secara jumlah,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Baca Juga: Inpex kebut proyek Masela, kini sosialisasi Amdal dan konsultasi publik