Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyampaikan bahwa AirAsia tidak mengambil data cuaca sebelum pesawat QZ 8501 "Take off" pukul 05.36 WIB. Padahal, data cuaca tersebut sangat berguna bagi pilot saat menerbangkan pesawatnya.
Anehnya, AirAsia baru mengambil data cuaca pukul 07.00 WIB--selang 42 menit setelah pesawat QZ 8501 hilang dari radar ATC pukul 06.18 WIB.
Menurut Staf Ahli Menteri Perhubungan Hadi M Djuraid, kemungkinan mengapa AirAsia baru mengambil data cuaca pukul 07.00 WIB lantaran adanya tekanan psikologis setelah pesawatnya hilang dari radar ATC.
"Mungkin selama ini mereka enggak biasa ngambil (data cuaca) dan mereka tahu itu salah. Jadi saat terjadi ini mereka langsung buru-buru mengambil (data cuaca)," kata dia di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (2/1).
Dia menjelaskan, data yang tidak diambil oleh AirAsia sebelum pesawat "take off" adalah data hardcopy (keras) mengenai cuaca. Sebenarnya lanjut dia, AirAsia bisa mengambil mengambil data dari website BMKG (softcopy). Namun data tersebut wajib di print dan selanjutnya diserahkan ke pilot.
Atas kejadian itu, Kemenhub akan berusaha menginvestigasi dalam waktu satu minggu. Kemenhub pun sudah memberikan lampu kuning apabila AirAsia terbukti melakukan kesalah. Bahkan, hukuman pencabutan rute sampai pencabutan izin operasional siap menanti AirAsia.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mendapatkan fakta baru yang cukup mencengangkan sebelum pesawat AirAsia QZ 8501 hilang kontak. Rupanya, AirAsia tidak mengambil data cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelum pesawat tersebut terbang.
"Berdasarkan laporan Kepala BMKG Kepada Menteri Perhubungan (Ignasius Jonan), bahwa memang AirAsia tidak mengambil data cuaca sebelum terbang," ujar Hadi M Djuraid.
Lebih lanjut dia menjelaskan, AirAsia baru mengambil data cuaca BMKG pukul 07.00 WIB setelah pesawat QZ8501 dinyatakan hilang dari radar. (Yoga Sukmana)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News