kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Menekan defisit demi menghindari kenaikan BI rate


Jumat, 11 Oktober 2013 / 19:34 WIB
Menekan defisit demi menghindari kenaikan BI rate
ILUSTRASI. Ini Penyebab Malasah Obesitas pada Anjing Peliharaan


Reporter: Dea Chadiza Syafina |

JAKARTA. Sesuai dengan data Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan melebar hingga 4,4% dari produk domestik bruto (PDB) atau setara US$ 9,8 miliar pada kuartal II-2013. Sementara inflasi melonjak hingga 8,79% pada Agustus 2013. Pemerintah diminta terus berupaya keras dalam menurunkan defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Hal ini dilakukan untuk menghindari kebijakan kenaikan BI rate sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan, kebijakan BI rate sebenarnya dilakukan untuk mengatasi masalah inflasi dan neraca pembayaran seperti defisit transaksi berjalan. 

Kenaikan BI rate yang mencapai 150 basis points (bps), lantaran dua persoalan utama perekonomian Indonesia. Namun, dengan melihat kecenderungan penurunan impor pada Agustus dan deflasi pada September 2013, maka BI rate diputuskan untuk dipertahankan pada level 7,25%. 

"Jika penurunan defisit neraca berjalan dan penurunan inflasi tidak sesuai harapan, maka BI siap melakukan bauran kebijakan moneter yang pas untuk mengatasinya. Tahun ini kami tetap memantau situasi neraca pembayaran dan inflasi. Mudah-mudahan membaik," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Jumat (11/10).

Ia menyebutkan defisit transaksi berjalan akan terus menurun hingga akhir tahun depan berada pada kisaran 2,5%-2,7%. Menurut Mirza, BI jug akan memantau stabilitas di pasar keuangan di tanah air yang gejolaknya telah mereda. 

Hal ini terlihat dari imbal hasil surat utang negara bertenor 10 tahun yang turun dari 8,9% pada akhir Agustus lalu, menjadi 7,9%. Selain itu Mirza juga menilai, nilai tukar rupiah bergerak stabil pada level Rp 11.400-11.600/ dollar Amerika Serikat. Ditambah lagi, cadangan devisa juga terus menguat.

Dari sisi eksternal, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve menyatakan akan berhati-hati melakukan kebijakan pengurangan stimulus ekonomi. Kebijakan itu baru akan dilakukan jika kondisi perekonomian di AS membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×