Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kembalinya dana-dana asing ke pasar saham, instrumen moneter Bank Indonesia (BI) serta fiskal dalam sebulan terakhir membuat BI optimistis defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) Indonesia akan membaik di triwulan III 2013. BI memperkirakan CAD triwulan III menjadi 3,4% dari produk domestik bruto (PDB) atau turun 1% ketimbang posisi triwulan II 2013 yang 4,4%.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut indikator perbaikan CAD ini terlihat dari angka neraca perdagangan Agustus yang mengalami surplus US$ 132,4 juta. Walhasil, terjadi surplus transaksi modal dan finansial (TMF) yang lebih besar selama triwulan III.
Ia mengakui kembali masuknya investor asing ke instrumen moneter seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan instrumen fiskal Surat Utang Negara (SUN) menjadi penopang surplusnya transaksi modal. Selain itu, tekanan jual oleh investor asing di pasar saham ikut memperkuat aliran modal asing.
Perry mengklaim investor asing telah merespon kebijakan BI dan pemerintah maupun penundaan tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. Tapi "Secara menyeluruh triwulan III neraca transaksi berjalan mengalami defisit," kata Perry Selasa (8/10).
Selain itu, BI memprediksi kondisi pasar keuangan global makin stabil pada akhir triwulan III. Alhasil, posisi cadengan devisa pun mengalami peningkatan. Agustus lalu cadangan devisa Indonesia US$ 92,67 miliar. Posisi akhir September naik menjadi US$ 95,67 miliar. "Ini menunjukkan kondisi pasar sudah stabil," tandas Perry.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual punya hitungan tak jauh beda dengan BI, bahwa CAD triwulan III 2013 memang akan menurun. David memprediksi CAD triwulan III sekitar 3,2%-3,5% dari PDB.
Namun ia mengingatkan dalam perbaikan defisit ini, pemerintah harus mengontrol neraca perdagangan bisa terus surplus hingga akhir tahun. "Karena surplus di Agustus kemarin belum membentuk tren," tandas David.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor pada Agustus mengalami pelambatan drastis lantaran aktivitas bongkar muat barang impor di pelabuhan terhambat karena libur Lebaran. Akibatnya aktivitas bongkar muat ini akan molor ke bulan September dan Oktober, sehingga mengakibatkan lonjakan nilai impor pada bulan-bulan tersebut.
David melihat impor adalah sisi yang dapat dijaga pemerintah. Sedangkan sisi ekspor tergantung dari permintaan dunia. "Makanya, impor khususnya migas harus bisa turun lagi," kata David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News