kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Mendorong Pemulihan Ekonomi lewat Integrasi Pembayaran Digital


Senin, 27 Juni 2022 / 11:28 WIB
Mendorong Pemulihan Ekonomi lewat Integrasi Pembayaran Digital
ILUSTRASI. Kontan - Kominfo G20 Kilas Online


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kalau Anda termasuk penggemar K-pop, mungkin Anda pernah merasakan berburu album edisi spesial grup musik idola Anda. Sudah begitu, berburu albumnya juga bukan di toko kaset atau CD di dalam negeri, tapi langsung ke label si artis di Korea Selatan secara online.

Tentu saja, pembayaran tidak menggunakan uang tunai. Selain menggunakan kartu kredit, ada juga opsi pembayaran menggunakan jasa pembayaran secara online seperti PayPal.

Pembayaran lintas negara sekarang sudah semakin jamak dilakukan oleh banyak orang. Bukan cuma pengusaha ekspor impor yang kini perlu melakukan pembayaran antarnegara. Konsumen ritel pun sudah semakin terbiasa membeli barang dari luar negeri atau juga menjual barang ke luar negeri. Pembayaran tentu dilakukan secara digital.

Indonesia melihat pembayaran digital juga memiliki peran penting dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi. Karena itu, sebagai Presidensi G20, Indonesia mengajukan inisiatif berupa integrasi sistem pembayaran global di era digital.

Dalam ajang Digital Payment Innovation Day I G20 yang digelar Februari lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan Indonesia mengusung inisiatif berupa pengembangan infrastuktur sistem pembayaran yang terintegrasi, mendukung interoperabilitas dan interkoneksi, dengan inisiatif berupa Standar Open API Pembayaran (SNAP), ekspansi 15 juta pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan BI-FAST.

BI meluncurkan QRIS sejak Agustus 2019. Jumlah merchant QRIS saat ini sudah menembus 12 juta. 82% merchant berasal dari UMKM. Target ekspansi 15 juta pengguna QRIS ditargetkan tercapai akhir tahun ini.

Perry menyebut, layanan digital banking juga membantu perkembangan pembayaran ritel. BI memprediksi transaksi digitalisasi pembayaran tumbuh sebesar 331% secara tahunan sepanjang tahun ini. Pertumbuhan merchant tahun ini ditargetkan mencapai 164% secara tahunan.

Transaksi QRIS kini juga sudah bisa dilakukan antarnegara, antara lain dengan Thailad dan Malaysia. Ini sesuai dengan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BPSI) 2025 yang disusun BI.

Head of Government Relation DANA Indonesia Felix Sharief menilai secara nasional BPSI 2025 sudah sukses diimplementasikan. Ini terlihat dari penetrasi QRIS yang cukup pesat. "Sehingga sudah tepat dan sangat strategis bila Bank Indonesia (BI), lewat Finance Track di G20, memfokuskan pada sistem pembayaran di era digital, khususnya dalam pembahasan standarisasi pembayaran lintas negara dan prinsip pengaturan mata uang digital," jelas dia saat dihubungi KONTAN, Rabu (15/6).

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga menyebut QRIS merupakan salah satu inovasi pembayaran digital yang paling adaptif. Oleh karena itu, ia menilai rencana integrasi pembayaran dengan sistem serupa secara global, khususnya di ASEAN, sangatlah memungkinkan.

Menurut dia, standardisasi QR, memungkinkan e-wallet manapun bisa digunakan sebagai alat pembayaran. “Dari segi keamanan, sejauh ini juga sudah teruji dan belum ada permasalahan yang serius,” kata Bhima.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication Bank Central Asia Hera F. Haryn juga melihat peluang dari integrasi sistem pembayaran digital. Sebagai informasi, hingga kuartal I-2022, transaksi QRIS yang diproses melalui sistem BCA tercatat lebih dari Rp 4 triliun, meningkat hampir 9 kali lipat secara tahunan.

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda memaparkan, integrasi pembayaran digital ini bisa menghasilkan multiplier effect besar untuk menggerakkan perekonomian Indonesia. "Kita harapkan bukan uang kita saja yang ke merchant luar, tapi uang dari luar negeri juga bisa digunakan di merchant kita," cetus dia.

Dengan integrasi tersebut, Bhima meyakini masyarakat dan pelaku usaha akan menjadi kelompok yang paling diuntungkan. QRIS dianggap punya kelebihan memudahkan interaksi alias interoperable. Jadi, lewat QRIS, transaksi pembayaran akan menjadi lebih mudah.

Felix juga berpandangan dengan adanya QR cross-border ini dapat meningkatkan transaksi UMKM. Selain itu dengan efisiensi yang ditawarkan, QR cross-border ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi di berbagai sektor. Ini sesuai dengan tema Presidensi G20 2022, yaitu Recover Together, Recover Stronger.

Penerapan integrasi pembayaran digital ini juga akan membuka peluang bagi sektor perbankan. SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi memaparkan, layanan pembayaran digital terintegrasi akan mendorong mitra-mitra bisnis lama maupun baru berkolaborasi dengan Bank Mandiri.

Dari sisi ekonomi, kemudahan pembayaran bagi wisatawan diharapkan mampu memacu kenaikan jumlah kunjungan turis mancanegara. Transaksi cashless dan seamless dapat dinikmati oleh turis asing yang melakukan pembayaran di merchant-merchant yang ada di Indonesia. "Alhasil, penggunaan QR cross-border juga berpotensi mendorong akselerasi ekonomi Indonesia," kata Thomas. Sebaliknya, wisatawan Indonesia dapat juga secara mudah melakukan transaksi QR di negara-negara yang sudah bekerja sama.

Perry juga menyebut dalam ajang Digital Payment Innovation Day I G20, untuk menuju pembayaran mancanegara perlu ada keseimbangan antara inovasi dan mitigasi risiko. Ia menuturkan, kolaborasi dan aksi bersama antara negara berkembang dan negara maju kian penting, sejalan dengan tujuan dari G20.

Di sisi lain, Thomas melihat masih ada tantangan yang mungkin dihadapi dari penerapan QR cross-border bagi masing-masing negara, antara lain dari segi edukasi. "Untuk saat ini, kami melihat risiko yang mungkin muncul atas implementasi adalah adanya tidak tersebarnya informasi secara merata atas fitur QR cross-border ini," ucap Thomas.

Untuk memitigasi hal tersebut, Bank Mandiri dan anggota piloting lainnya akan melakukan edukasi secara berkala atas fitur ini. Masyarakat luas perlu terus diinformasikan terkait adanya kerjasama government to government (G2G) untuk QR cross-border, sehingga masing-masing warga negara bisa memanfaatkan layanan ini untuk bertransaksi secara mudah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×