kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Menakar Ketahanan Ekonomi Indonesia di Tengah Penurunan Utang Luar Negeri Swasta


Rabu, 19 Juli 2023 / 18:52 WIB
Menakar Ketahanan Ekonomi Indonesia di Tengah Penurunan Utang Luar Negeri Swasta
ILUSTRASI. Tumpukan uang dolar AS berada di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Rabu (16/11/2022). Menakar Ketahanan Ekonomi Indonesia di Tengah Penurunan Utang Luar Negeri Swasta.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) swasta pada Mei 2023 terpantau menurun dibandingkan bulan sebelumnya. 

Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN Swasta pada bulan laporan sebesar US$ 196,5 miliar atau menurun 1,5% secara bulanan. 

Pun bila dibandingkan dengan Mei 2022, ULN swasta turun 5,8% secara tahunan atau yoy. Penurunan ini juga lebih dalam bila dibandingkan dengan penurunan bulan sebelumnya yang sebesar 4,6% yoy. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, penurunan ULN Swasta tersebut disebabkan masih banyak perusahaan yang menahan ekspansi utang. 

Baca Juga: Utang Luar Negeri Swasta Menurun, Ekonom Peringatkan Hal Ini

"Bila melihat data perusahaan yang listing di bursa efek Indonesia sebagai proksi, leverage banyak perusahaan memang belum pulih dibandingkan level pra pandemi," tutur David kepada Kontan.co.id, Rabu (19/7). 

Bahkan, David mengambil contoh, ada beberapa sektor usaha yang menunjukkan gejala deleveraging atau mengurangi utang sehingga mengurangi risiko gagal bayar. 

Ini juga sehubungan dengan kondisi ketidakpastian yang masih membayangi prospek perekonomian global dan dalam negeri.  "Sektor-sektor tersebut, antara lain, industri manufaktur non logam yang berorientasi ekspor," terangnya. 

Meski begitu, David tak menyebut ini sebagai ancaman bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kendati, tetap berpengaruh pada prospek pertumbuhan dari sisi lapangan usaha. 

Baca Juga: BI: Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$ 398,3 Miliar pada Mei 2023

Pasalnya, bila menilik dari pertumbuhan ekonomi pos pengeluaran, ia optimistis pos pengeluaran masih akan ngegas ditopang oleh peningkatan belanja pemerintah dan investasi. 

"Belanja pemerintah dan investasi diasumsikan akan lebih kuat pada paruh kedua. Sehingga, laju pertumbuhan tidak akan terlalu terpengaruh," kata David. 

Selain itu, ia juga melihat harga komoditas akan cenderung stabil hingga akhir tahun. Sehingga, ini masih menjadi tumpuan pendapatan bagi korporasi yang bergerak di bidang usaha tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×