kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Menakar Dampak Kemenangan Donald Trump Terhadap Rupiah


Rabu, 06 November 2024 / 21:36 WIB
Menakar Dampak Kemenangan Donald Trump Terhadap Rupiah
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (11/10/2024). Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) kembali mengundang perhatian berbagai pihak, terutama dalam sektor ekonomi.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) kembali mengundang perhatian berbagai pihak, terutama dalam sektor ekonomi.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan, dampak kemenangan Trump dalam pemilu AS terhadap rupiah diperkirakan akan cenderung memberikan tekanan dalam jangka pendek.

Menurutnya, dalam beberapa waktu ke depan, pergerakan dolar AS diperkirakan akan bullish atau menguat seiring dengan penantian pasar terhadap data-data ekonomi AS yang akan datang.

""Short term dollar bullish sambil menunggu katalis dari data-data ekonomi AS yang baru," ujar David kepada Kontan.co.id, Rabu (6/11).

Baca Juga: Arah Rupiah pada Rabu (6/11) Tergantung pada Sentimen Hasil Pilpres AS

Terkait proyeksi pergerakan rupiah hingga akhir tahun 2024, ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.600 hingga Rp 16.000 per dolar AS.

Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana mengatakan bahwa dalam jangka pendek, nilai rupiah kemungkinan besar akan tertekan.

Hal ini terkait dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter AS, terutama mengenai penurunan suku bunga Federal Reserve (Fed).

"Kemungkinan akan ada depresiasi rupiah. Kenapa? karena mungkin ya tadi ada ekspektasi penurunan FFR yang lebih terbatas," katanya.

Selain itu, Fikri mengatakan bahwa jika The Fed cenderung lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga, sementara Bank of England (BOE), Bank Sentral Eropa (ECB), dan Bank of Japan (BOJ) diprediksi akan melakukan penurunan yang lebih agresif, sehingga mata uang di kawasan Eropa dan Asia, termasuk rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Menguat Tipis pada Selasa (5/11), Jelang Hasil Pilpres AS

"Sehingga, kemungkinan akanĀ ada peningkatan USD Index yang mendorong rupiah terdepresiasi secara natural sih, walaupun kita bukan pembentuk USD Index ya," imbuh Fikri.

Fikri memperkirakan bahwa rupiah mungkin akan lebih terdepresiasi dibandingkan dengan level saat ini.

"Tahun depan, mungkin sampai akhir tahun, rupiah akan lebih depresiasi dibanding level sekarang. Harapan saya, mungkin akan lebih stabil ya," ujar Fikri.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×