Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak perekonomian dan situasi global berdampak pada realisasi asumsi dasar makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Hal ini terlihat dari realisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang meleset signifikan dari target APBN 2018.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, realisasi nilai tukar rata-rata rupiah hingga akhir September 2018 mencapai Rp 14.119 per dollar AS. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi rupiah di APBN 2018 yang hanya Rp 13.400 per dollar AS.
Kendati demikian, Sri Mulyani menilai, realisasi nilai tukar rata-rata rupiah itu masih cukup baik mengingat depresiasi yang dialami sepanjang September lalu cukup dalam. "Ini karena diawal tahun, nilai tukar masih cukup kuat jadi walaupun depresiasi di September besar, rata-rata rupiah masih Rp 14.119," ujar dia dalam konferensi pers APBN KiTA, Rabu (17/10).
Selain asumsi rupiah, asumsi harga minyak Indonesia (ICP) juga meningkat menjadi US$ 68 per barel. Sementara, asumsi ICP di APBN 2018 hanya sebesar US$ 48 per barel.
Sayangnya, kenaikan realisasi ICP tersebut tidak diiringi dengan peningkatan volume lifting minyak dan gas yang masih di bawah target, bahkan lebih rendah dibanding realisasi di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sri Mulyani menjabarkan, lifting minyak hingga September 2018 baru mencapai 774.000 barel per hari (bpd) atau turun 2,89% jika dibandingkan dengan realisasi di periode sama di tahun sebelumnya yakni 797.000 bpd. Sementara, target lifting minyak APBN 2018 sebesar 800.000 bpd.
Begitu pun dengan realisasi lifting gas hingga September 2018 yang baru mencapai 1,15 juta barel setara minyak per hari. Dalam APBN 2018, target lifting gas sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari.
"Terkait lifting minyak maupun gas, ini lebih rendah dibanding tahun lalu meski harganya lebih tinggi dari asumsi. Ini yang tetap harus hati-hati karena produksi kita tertahan sementara keutuhan migas meningkat," ujar Sri Mulyani.
Terbukti, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor migas tumbuh lebih lambat yakni hanya 53,9% yoy, dibandingkan pertumbuhan periode sama di tahun lalu yang mencapai 162%. Namun, hingga September 2018, PNBP sektor migas tercatat sebesar Rp 94,1 triliun atau telah melampaui 117,2% dari target APBN 2018 yang hanya Rp 80,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News