kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masyarakat mulai bosan, elektabilitas Jokowi turun


Rabu, 02 April 2014 / 22:31 WIB
Masyarakat mulai bosan, elektabilitas Jokowi turun
ILUSTRASI. PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) targetkan kenaikan kinerja di tahun depan


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Survei Pusat Data Bersatu (PDB) menunjukkan, elektabilitas bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo alias Jokowi mengalami penurunan. Peneliti PDB Agus Herta Sumarto mengatakan, lembaganya membandingkan dengan data elektabilitas para capres mulai September 2013. 

“PDB mengukur elektabilitas para bakal capres mulai dari bulan September 2013 lalu, hingga bulan Maret 2014 kemarin,” kata  Agus, saat memaparkan hasil survei PDB, di Jakarta, Rabu (2/4). 

Pada September 2013, kata dia, elektabilitas Jokowi sebesar 36%. Sebulan kemudian, naik menjadi 37,6%. Namun, pada bulan November, elektabilitas Jokowi turun menjadi 33,5%. Pada Januari 2014, elektabilitas Jokowi turun cukup jauh ke angka 28%. Sementara, pada Februari 2014, elektabilitas Jokowi kembali naik menjadi 31,4%. Namun pada bulan Maret, kembali turun ke angka 29,8%.

“Dengan catatan, bulan Maret yang kami ukur di sini adalah 1-14 Maret, sebelum Jokowi dideklarasikan. Setelah deklarasi, mungkin suaranya akan naik lagi, namun grafik sejauh ini menunjukkan suara Jokowi turun,” ujar Agus.

Menurut Agus, penurunan elektabilitas Jokowi karena masyarakat mulai bosan dan jenuh terhadap ekspose media terhadap Gubernur DKI Jakarta itu.

 “Jokowi ini terlalu lama diekspos oleh media. Tapi isunya itu-itu saja, kalau suaranya mau naik lagi harus ada isu hangat yang positif. Mungkin isu deklarasinya kemarin bisa membuat suara dia naik,“ kata Agus.

Sementara itu, Chairman PDB Didik J Rachbini menilai, penurunan suara Jokowi karena banyaknya masalah yang terjadi selama dia menjabat sebagai Gubernut DKI Jakarta. “Masyarakat sudah mulai kritis melihat berbagai masalah seperti kasus pengadaan Bus Transjakarta, monorel, banjir, itu kan belum bisa diselesaikan,” ujar Didik. 

Survei ini dilakukan pada 7-14 Maret 2014, sebelum Jokowi dideklarasikan sebagai bakal capres PDI-P. Wawancara dilakukan melalui telepon dengan dipilih secara acak. Jumlah sampel sebanyak 1.500 responden di 33 provinsi atau 170 kota besar di seluruh Indonesia. Margin of error lebih kurang 2,5% dengan tingkat kepercayaan 95%. Survei dibiayai oleh PDB sendiri. (Ihsanuddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×