Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Deklarasi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mampu menaikkan suara PDIP. Namun, kenaikkan itu dinilai belum signifikan. Elektabilitas PDI-P, berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), hanya bertambah sekitar 3 persen setelah deklarasi Jokowi sebagai capres.
"Elektabilitas Jokowi belum maksimal terkonversi ke partai," ujar Peneliti LSI Adjie Alfaraby saat menyampaikan hasil survei di kantor LSI, Jakarta, Rabu (2/4/2014).
Hasil survei LSI pada Januari-Februari 2014, elektabilitas PDI-P sebesar 18,2 persen. Kemudian, survei pada Maret 2014, suara PDI-P menjadi 21,1 persen.
Adjie mengatakan, belum terdongkraknya dukungan untuk PDIP itu karena belum kuatnya asosiasi antara PDI-P dan Jokowi. Ia mencontohkan kuatnya asosiasi antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Partai Demokrat yang berhasil pada pemilu 2004 dan 2009.
"Ketika orang sebut SBY, ya Partai Demokrat. Efek SBY ke partai maksimal. Saat ini asosiasi belum kuat karena Jokowi bukan tokoh sentral PDI-P. Di PDI-P ada Bu Mega (Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri)," terang Adjie.
Menurut Adjie, elektabilitas PDI-P juga terhambat karena adanya kampanye negatif terhadap Jokowi dan partainya. Kampanye negatif tersebut diantaranya soal perjanjian batu tulis antara PDI-P dan Partai Gerindra pada pemilu 2009. Kemudian, beredarnya video komitmen Jokowi menyelesaikan Jakarta selama 5 tahun.
"Jokowi kuat sebagai capres, namun belum tentu orang pilih partai," lanjut Adjie.
LSI mengaku melakukan survei pada 22-26 Maret 2014 dengan margin of error sekitar 2,9 persen. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.200 responden dari 33 provinsi di Indonesia. Survei juga dilengkapi dengan penelitian kualitatif, yaitu melakukan analisis media, FGD, dan wawancara mendalam. Survei dibiayai oleh LSI sendiri dan dana public interst yang telah dialokasi setiap tahunnya. (Dian Maharani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News