kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.672.000   -6.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.585   -130,00   -0,79%
  • IDX 6.271   -214,85   -3,31%
  • KOMPAS100 907   -39,76   -4,20%
  • LQ45 704   -27,76   -3,80%
  • ISSI 197   -7,32   -3,58%
  • IDX30 365   -13,68   -3,62%
  • IDXHIDIV20 445   -14,85   -3,23%
  • IDX80 103   -4,03   -3,77%
  • IDXV30 108   -4,81   -4,27%
  • IDXQ30 120   -4,00   -3,23%

Masyarakat Kelas Menengah Irit Belanja, Anggota DPR Khawatir Defisit APBN Jebol


Rabu, 13 November 2024 / 15:26 WIB
Masyarakat Kelas Menengah Irit Belanja, Anggota DPR Khawatir Defisit APBN Jebol
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar swalayan, Jakarta, Senin (10/6/2024). Anggota DPR mewanti-wanti dampak penurunan daya beli masyarakat kelas ekonomi menengah terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) mewanti-wanti dampak penurunan daya beli masyarakat kelas ekonomi menengah terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Gerindra, Jefry Romdonny mengatakan bahwa penurunan daya beli masyarakat kelas menengah bawah harus segera diatasi oleh pemerintah.

Hal ini dikarenakan pelemahan daya beli dapat memperlambat kinerja penerimaan pajak, mengingat kelompok tersebut menjadi kontributor terbesar terhadap penerimaan pajak.

Baca Juga: Keyakinan Konsumen dan Penjualan Eceran Turun, Dikhawatirkan Merembet Tahun Depan

"Penurunan daya beli masyarakat kelas menengah bawah itu tentunya memperlambat kinerja pendapatan perpajakan ke depan, menimbang kelas menengahlah yang berkontribusi pada pendapatan perpajakan yang paling besar," ujar Jefry dalam Rapat bersama Menteri Keuangan, Rabu (13/11).

Ia menambahkan, keterbatasan penerimaan pajak terutama dari sektor yang terpengaruh terhadap pelemahan daya beli serta ketidakpastian global berpotensi meningkatkan defisit anggaran.

"Jika tidak dikelola dengan baik, tentu bisa mengganggu stabilitas fiskal dan juga memperbesar ketergantungan pembiayaan utang," katanya.

Sebagai informasi, hingga Oktober 2024, realisasi penerimaan pajak baru terkumpul Rp 1.517,5 triliun. Realisasi ini baru setara 76,3% dari target APBN 2024 sebesar Rp 1.988,9 triliun.

Baca Juga: Belanja Perpajakan Terus Meningkat, Pemerintah Diminta Evaluasi Kemanfaatannya

Realisasi penerimaan pajak tersebut mengalami kontraksi 0,4% secara tahunan atau year on year (yoy) jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 1.523,9 triliun.

Sementara itu, defisit anggaran per Oktober 2024 ini setara 1,37% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×