Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Aktivitas ekonomi mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari pengeluaran belanja pemerintah yang mulai melesat. Belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) mengalami lonjakan menjelang Ramadan.
Berdasarkan data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, realisasi subsidi BBM hingga bulan Mei 2014 sudah mencapai Rp 100,8 triliun atau 47,9% dari pagu yang ditetapkan sebesar Rp 210,6 triliun. Pada bulan April sebelumnya realisasi subsidi BBM baru 25,2% atau sebesar Rp 53 triliun.
Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan, lonjakan realisasi subsidi pada bulan Mei bukan diakibatkan periode menjelang Lebaran. Realisasi subsidi pada bulan Mei merupakan hasil tagihan impor BBM Pertamina pada bulan Februari.
Jeda atau rentang pembayaran yang terjadi mencapai satu bulan hingga dua bulan. Menurut dirinya, realisasi pembayaran subsidi BBM dari Januari hingga Maret merupakan pembayaran carry over alias penggeseran anggaran pada tahun 2013.
Carry over subsidi hingga Maret sendiri mencapai Rp 20 triliun. Jadi periode realisasi anggaran pada bulan April dan seterusnya adalah benar-benar realisasi subsidi pada tahun 2014.
Memang, Askolani mengakui, menjelang lebaran penyerapan anggaran subsidi BBM akan melonjak. Hanya saja, lonjakan anggaran tersebut baru terlihat pada periode satu hingga dua bulan. Ini berarti pada semester dua baru akan terlihat jelas lonjakan subsidi BBM yang signifikan.
Asal tahu saja, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) apabila pada bulan April 2014 impor minyak mentah mencapai US$ 1,07 miliar, maka pada bulan Mei 2014 naik menjadi US$ 1,3 miliar. Alhasil defisit neraca migas naik menjadi US$ 1,33 miliar pada bulan Mei 2014, dari sebelumnya US$ 1,06 miliar.
Impor yang meningkat tersebut dilakukan sebagai antisipasi kebutuhan menjelang Lebaran dan liburan ajaran baru. Data impor BBM pada bulan April dan Mei baru akan terlihat realisasi anggarannya pada bulan Juni dan Juli.
Karena penyerapan belanja pemerintah akan tinggi, Askolani melanjutkan defisit anggaran pada semester dua bisa di atas 1% dari PDB. Saat ini, defisit anggaran hingga bulan Mei bisa mencapai sekitar 0,4% dari PDB atau sebesar Rp 33,7 triliun.
Meskipun begitu secara keseluruhan hingga akhir tahun, defisit akan dijaga sesuai target yaitu tidak melewati batas 2,4% dari PDB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News