Reporter: Herlina KD | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut membuat cadangan devisa makin tergerus. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, per 28 Maret 2013, cadangan devisa tercatat sebesar US$ 104,8 miliar. Angka ini lebih rendah ketimbang akhir Februari 2013 yang sebesar US$ 105,18 miliar.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi menuturkan penurunan cadangan devisa ini merupakan konsekuensi dari langkah intervensi rupiah yang dilakukan oleh BI. Hanya saja jika dibanding dengan Januari dan Februari lalu, Eric menilai penurunan cadangan devisa semakin kecil. "Ini sejalan dengan tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang tidak sebesar bulan-bulan lalu," ujarnya Rabu (10/4).
Eric menambahkan, kondisi global yang masih belum stabil membuat nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah. Alhasil, Eric memperkirakan peluang cadangan devisa kembali menurun masih terbuka.
Ekonom BII Juniman menambahkan, meski cadangan devisa menurun seiring dengan langkah intervensi di pasar valas yang dilakukan BI, namun menurutnya kondisi cadangan devisa masih aman. Pasalnya, nilai cadangan devisa masih cukup untuk membiayai lebih dari lima bulan impor dan pembayaran utang pemerintah.
Sepakat dengan Eric, Juniman juga memperkirakan peluang penurunan cadangan devisa ke depan masih terbuka. Apalagi, saat ini Indonesia masih mengalami defisit neraca transaksi berjalan.
Namun, Eric optimis sampai akhir tahun nanti cadangan devisa masih bisa kembali meningkat menjadi sekitar US$ 125 miliar. Alasannya, "Meski current account defisit, namun surplus di neraca modal karena tingginya FDI dan portofolio yang masuk bisa menopang cadangan devisa," katanya.
Juniman juga bilang, hasil penerbitan global bond yang dilakukan pemerintah juga bisa menambah jumlah cadangan devisa. Seperti diketahui, pemerintah baru saja menerbitkan global bond senilai US$ 3 miliar. Rinciannya, sebesar US$ 1,5 miliar global bond yang bertenor 10 tahun dan US$ 1,5 miliar global bond yang bertenor 30 tahun.
Kendati masih aman, Juniman mengingatkan agar pemerintah segera mengantisipasi defisit transaksi berjalan dengan mengerem impor migas khususnya BBM bersubsidi. Jika tidak, defisit transaksi berjalan akan membuat rupiah semakin lemah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News