Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia telah melakukan berbagai kerja sama local currency settlement (LCS) atau mata uang lokal dengan beberapa negara seperti China, Jepang, Malaysia, dan Thailand dalam transaksi perdagangan maupun investasi.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan, Kasan, mengatakan, tujuan pertama dari adanya LCS ini adalah dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) sebagai penyelesaian transaksi, khususnya transaksi perdagangan.
Kedua, diharapkan adanya efisiensi biaya transaksi. Sebab, selama ini minimal selalu ada 2 konversi dalam transaksi. Ketiga, adanya disertifikasi eksposur mata uang, karena Kasan bilang, sehari-hari yang dilihat adalah pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan pergerakan yang menjadi fokus perhatian selalu mata uang dolar AS.
Keempat, adalah pengembangan dan pertimbangan mata uang di luar dolar AS yang selama ini menjadi mata uang yang kontribusinya atau komposisinya di dalam pencatatan seperti neraca pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) sangat besar porsinya.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia dinilai belum memerlukan fasilitas SDR dari IMF, ini alasannya
“Oleh karena itu, kita berharap bahwa LCS ini ada manfaat yang diharapkan, misalnya para nasabah terutama para eksportir atau importir bisa membuka rekening mata uang lokal di negara mitra dagangnya,” kata Kasan dalam diskusi virtual, Kamis (5/8).
Kasan melanjutkan, dengan adanya peggunaan LCS, mata uang lokal dari tempat mitra dagang bisa dilakukan dengan berbagai treatment seperti di pasar ekspornya. Selain itu, baik eksportir maupun importir dapat memperoleh balancing dalam mata uang lokal yang menjadi mitra dagangnya.
“Manfaat dari LCS lainn-nya bagi eksportir adalah sebagai portofolio investasi mata uang lokal bagi negara yang menjadi mitra dagangnya,” pungkasnya.
Selanjutnya: BI Memperluas Pertukaran Rupiah dan Ringgit Malaysia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News