kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Manajer ADHI akui ada Rp 2,2 miliar untuk Anas


Jumat, 03 Januari 2014 / 13:11 WIB
Manajer ADHI akui ada Rp 2,2 miliar untuk Anas
ILUSTRASI. BMKG merilis peringatan dini cuaca besok hujan lebat, banyak provinsi berstatus Waspada bencana. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Manajer Pemasaran PT Adhi Karya, M Arief Taufiqurrahman mengakui adanya aliran dana sebesar Rp 2,2 miliar untuk mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Hal itu disampaikan Arief ketika bersaksi untuk terdakwa mantan Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Deddy Kusdinar dalam sidang kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Bogor.

“Waktu itu saya tidak tahu. Kemudian diperlihatkan bon-bon sementara yang ditulis ke Anas Urbaningrum,” kata Arief di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Jumat (3/12/2013).

“Berapa jumlahnya?” tanya Jaksa Kiki Ahmad Yani.

“Jumlahnya Rp 2,2 miliar,” jawab Arief.

Sebelumnya, dalam dakwaan Anas mendapat dana sebesar Rp 2,21 miliar dari PT Adhi Karya terkait proyek Hambalang. Uang tersebut untuk memuluskan PT Adhi Karya memenangkan lelang pekerjaan fisik Hambalang. Uang itu kemudian digunakan untuk pencalonan diri Anas sebagai calon ketua umum dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010.

Menurut jaksa, uang itu digunakan antara lain untuk membayar hotel, sewa mobil para pendukung Anas, membeli handphone BlackBerry, jamuan para tamu, dan untuk hiburan. Dalam dakwaan uang diserahkan secara bertahap oleh Teuku Bagus melalui Munadi Herlambang, Indrajaja Manopol (Direktur Operasi PT Adhi Karya), dan Ketut Darmawan (Direktur Operasi PT Pembangunan Perumahan) atas permintaan Muchayat.

KPK menetapkan Deddy sebagai tersangka atas dugaan melakukan penyalahgunaan wewenang secara bersama-sama sehingga menimbulkan kerugian negara dalam proyek Hambalang. Deddy disangka melanggar Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Deddy tersangka pertama kasus Hambalang yang disidangkan.

Dalam kasus ini, KPK juga menjerat mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng serta petinggi PT Adhi Karya, Teuku Bagus Mokhamad Noor dengan tuduhan yang sama. Adapun Anas dijerat dengan sangkaan menerima gratifikasi terkait proyek Hambalang dan proyek lainnya. Anas sudah membantah tuduhan KPK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×