kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LSI: Cuma sepertiga publik tahu program capres


Selasa, 22 April 2014 / 16:55 WIB
LSI: Cuma sepertiga publik tahu program capres
Foto udara menunjukan Titik Nol Nusantara yang akan dijadikan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di kawasan Penajam paser Utara, kalimantan Timur, Rabu (29/6/2022). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan, mayoritas masyarakat belum mengetahui visi misi calon presiden (capres) 2014.

Dari survei yang menggunakan metode multistage random sampling, dengan 1200 responden dan pengummpulan data mulai 15 sampai 18 April 2014, sebanyak 63,8% masyarakat atau publik tidak tahu mengenai program visi misi capres yang akan maju pada Pilpres 2014.

Sementara hanya 18,9% yang mengaku mengetahui program capres dan 17,3% tidak menjawab. "Sekitar sepertiga publik tidak tahu apa yang akan diperjuangkan para capres," kata peneliti LSI, Ardian Sopa di kantor LSI Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (22/4).

Berdasarkan pemilahan wilayah desa dan kota, disebutkan sebesar 68,5% masyarakat desa tidak tahu program capres. Dan 12,5% masyarakat desa mengaku tahu program capres.

Sedangkan untuk masyarakat kota yang tidak tahu program capres sebesar 55,8%. Dan 30,4% mengaku sudah mengetahui program capres.

Hasil dari survei menyimpulkan, masyarakat ingin mendengar tiga program yang semestinya dibicarakan oleh para capres, yakni program politik, program ekonomi dan program budaya.

Rincian dari program politik diantaranya membangun pemerintahan yang kuat serta stabilitas politik dan parlemen. Untuk program ekonomi diantaranya mempercepat kesejahteraan, mengurangi kemiskinan, pengangguran dan stabilitas harga.

Sedangkan program budaya yakni menjaga kerukunan dan keragaman serta mengurangi kasus diskriminasi. "Program budaya dan isu anti diskriminasi biasanya tak berani secara lantang dibicarakan capres. Padahal publik menganggap isu itu penting," kata Sopa. (Wahyu Aji)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×