Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) meramal, Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan atau BI-Rate pada Rapat Dewan Gubernur, Rabu (19/2) di level 5,75%.
Mengutip Seri Analisis Makroekonomi LPEM FEB UI, sejumlah faktor dari eksternal hingga domestik menjadi alasan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya.
Baca Juga: IHSG Turun 0,52% Mengawali Perdagangan Rabu (19/2) Pagi, Mengekor Bursa Regional
Dari sisi eksternal pasca dilantiknya Presiden Trump pada 20 Januari 2025 lalu, Trump meluncurkan berbagai macam arah kebijakan, termasuk pengetatan arus migrasi yang berpotensi mengetatkan pasar tenaga kerja AS, pemotongan pajak korporasi, dan berbagai tarif impor, yang secara keseluruhan berpotensi meningkatkan inflasi AS dan memicu ketidakpastian global.
Kombinasi ketiga faktor ini dinilai berperan besar dalam pergerakan arus modal di Indonesia dan nilai tukar Rupiah dalam beberapa minggu belakangan. Ke depannya, mulainya periode Ramadhan diperkirakan akan memicu tekanan inflasi.
Kemudian, turunnya agresivitas the Fed dalam pelonggaran kebijakan moneternya dan terus berkembangnya arah kebijakan Presiden Trump berpotensi akan memengaruhi investor, walaupun relatif masih sulit diprediksi arahnya.
Baca Juga: Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin
“Mempertimbangkan berbagai aspek tersebut dan kondisi Rupiah yang masih fluktuatif, kami berpandangan bahwa Bank Indonesia perlu menahan suku bunga acuannya di 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur di Februari ini,” mengutip seri Analisis Makroekonomi LPEM FEB UI, Kamis (19/2).
Adapun dari sisi perekonomian domestik, inflasi umum di Januari 2025 tercatat sebesar 0,76% (YoY), mencatatkan level terendahnya sejak tahun 2000 dan turun di bawah rentang target BI. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh diskon tarif listrik hingga 50% terhadap kelompok rumah tangga tertentu.
Di sisi lain, terdapat tekanan inflasi dalam beberapa bulan mendatang karena dua faktor utama. Pertama, periode mendekati bulan Ramadan diperkirakan akan meningkatkan permintaan dan mendorong harga menjadi lebih tinggi. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk Maret 2025 tercatat sebesar 179,0, naik dari 160,2 pada periode sebelumnya.
Baca Juga: Pasar Asia Bersiap Sambut Keputusan Suku Bunga dan Harga Rumah China Hari Ini (19/2)
“Inflasi masih berada di kisaran batas bawah target Bank Indonesia. Namun, Indonesia sebentar lagi akan memasuki periode Ramadan dan Idul Fitri, yang umumnya akan mendatangkan tekanan inflasi,” tulis laporan tersebut.
Lebih lanjut, turunnya agresivitas the Fed dalam pelonggaran moneternya dan terus berkembangnya arah kebijakan Presiden Trump berpotensi akan mempengaruhi investor, walaupun relatif masih sulit diprediksi arahnya. Walaupun secara perlahan menguat, rupiah masih cenderung fluktuatif.
Selanjutnya: Saham Darma Henwa (DEWA) Mulai Terkoreksi Usai Mendaki, Cek Rekomendasi Berikut Ini
Menarik Dibaca: XL Axiata menghadirkan paket Umroh Plus Mulai Dari Rp 250.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News