kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.478.000   -4.000   -0,27%
  • USD/IDR 15.685   -195,00   -1,26%
  • IDX 7.504   8,04   0,11%
  • KOMPAS100 1.166   4,61   0,40%
  • LQ45 927   -2,36   -0,25%
  • ISSI 227   1,87   0,83%
  • IDX30 478   -1,88   -0,39%
  • IDXHIDIV20 574   -2,08   -0,36%
  • IDX80 133   0,26   0,20%
  • IDXV30 142   0,64   0,46%
  • IDXQ30 160   -0,33   -0,20%

LPEM FEB UI Ramal Deflasi Bakal Berlanjut Hingga Oktober 2024, Ini Penyebabnya


Senin, 07 Oktober 2024 / 18:25 WIB
LPEM FEB UI Ramal Deflasi Bakal Berlanjut Hingga Oktober 2024, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja alat rumah tangga di Jakarta, Rabu (02/10/2024).LPEM FEB UI meramal, indeks harga konsumen (IHK) akan kembali mengalami deflasi pada Oktober 2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) meramal, indeks harga konsumen (IHK) akan kembali mengalami deflasi pada Oktober 2024. Artinya, deflasi akan terjadi selama enam bulan beruntun sejak Mei 2024.

Dalam laporan Seri Analisis Makroekonomi oleh LPEM FEB UI memperkirakan, secara bulanan deflasi pada Oktober 2024 akan mencapai 0,1% month to month (mtm) , lebih rendah dari deflasi September 2024 sebesar 0,12% mtm.

Sementara itu, secara tahunan IHK pada Oktober 2024 diperkirakan mencapai kisaran 1,50% hingga 2% year on year (yoy), atau batas atasnya lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,84% yoy.

“Pergerakan inflasi tahunan dan bulanan diprediksi akan lebih banyak dipengaruhi kembali oleh pergerakan inflasi komponen harga bergejolak yang seharusnya memasuki teritori inflasi atau paling tidak mengalami penurunan deflasi di bulan Oktober,” mengutip laporan tersebut, Senin (7/10).

Baca Juga: Terimbas Pelemahan Daya Beli, Pujasera di Pusat Perbelanjaan Sepi Pengunjung

Adapun perkembangan deflasi pada Oktober 2024, akan dipengaruhi apresiasi nilai tukar rupiah yang juga akan mengurangi tekanan imported inflation atau kenaikan harga barang dan jasa di suatu negara akibat kenaikan harga barang impor, yang juga akan mendorong penurunan harga.

Keputusan BI untuk menurunkan BI Rate pada September 2022 menjadi 6,00% untuk mendorong sisi permintaan, dinilai sudah tepat ditengah kondisi membaiknya sisi penawaran.

“Dengan demikian, LPEM memprediksi inflasi  akan terkendali dan sedikit meningkat di akhir tahun sampai awal tahun 2025,” tulis laporan tersebut.

Sebagai informasi, deflasi pada September tercatat sebesar 0,12% mtm, menandai deflasi selama lima bulan berturut-turut dari Mei hingga September 2024, dan merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Berdasarkan tren historis, deflasi pada September 2024 menjadi deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam 5 tahun terakhir.

Lebih lanjut, deflasi umum yang terjadi 5 bulan beruntun dipengaruhi oleh deflasi komponen bergejolak yang telah terjadi enam bulan beruntun.

Deflasi komponen bergejolak selama enam bulan beruntun tidak pernah terjadi dalam 20 tahun terakhir. Selain peningkatan produksi, penurunan harga pupuk, penerapan teknologi pertanian hortikultura, perbaikan infrastruktur menyebabkan penurunan biaya produksi dan logistik.

Tahun 2024 juga mencatat iklim yang relatif stabil dan penurunan kejadian bencana alam terutama di sentra produksi dan jalur distribusi di Jawa.

Baca Juga: Deflasi 5 Bulan Beruntun, Pengusaha Minta Pemerintah Keluarkan 3 Kebijakan Ini

Selanjutnya: Ini Rekomendasi Teknikal Saham ASII, MYOR, BBCA, MEDC untuk Selasa (8/10)

Menarik Dibaca: Cara Menggunakan Fitur AI Spotify untuk Membuat Daftar Putar Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×