kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

LPEM FEB UI sarankan Bank Indonesia tahan suku bunga acuan di level 3,75%


Rabu, 16 Desember 2020 / 18:05 WIB
LPEM FEB UI sarankan Bank Indonesia tahan suku bunga acuan di level 3,75%
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung mata uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di salah satu bank di Tangerang Sealtan, Rabu (18/11).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memandang kalau Bank Indonesia (BI) perlu menahan suku bunga acuan di level 37,5% di akhir tahun 2020 ini.

Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengungkapkan, meskipun penurunan suku bunga kebijakan diperlukan untuk mempercepat pemulihan, lembaga tersebut menganggap masih terlalu dini untuk kembali menurunkan suku bunga acuan.

“Kami melihat BI perlu menahan suku bunga kebijakannya di bulan ini dengan tetap menjaga stabilitas sektor keuangan,” ujar Riefky dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Rabu (16/12).

Riefky juga mengungkapkan, penurunan kembali suku bunga acuan BI malah akan berisiko dan berpotensi menganggu stabilitas finansial, serta tidak terlalu berdampak terhadap percepatan pemulihan ekonomi.

Baca Juga: Kurs rupiah berpotensi melemah lagi pada Kamis (17/12)

Meski begitu, lembaga tersebut sudah melihat perkembangan terkini yang menunjukkan prospek pemulihan yang lebih baik dalam waktu dekat.

Seperti contohnya, tingkat inflasi sudah mulai mendaki. Inflasi tahunan meningkat dalam tiga bulan berturut-turut, sehingga pada bulan November 2020 inflasi tercatat 1,59% yoy atau lebih tinggi daripada inflasi Oktober 2020 yang sebesar 1,44% yoy.

Pun dengan inflasi bulanan juga meningkat signifikan menjadi 0,28% mom sesuai dengan pola musiman inflasi meningkat akibat kenaikan konsumsi menjelang perayaan natal dan tahun baru.

Baca Juga: Ekonom BCA melihat BI bakal menahan suku bunga acuan di level 3,75%

“Peningkatan inflasi pada bulan November ini malah merupakan pencapaian, karena tekanan perlambatan aktivitas ekonomi yang terus menerus melemahkan permintaan konsumen sejak awal pandemi,” tambah Riefky.

Selain inflasi, angka perdagangan juga nampak lebih baik. Pada bulan November 2020, neraca dagang mencatat surplus sebesar US$ 2,6 miliar.

Meski lebih rendah dari surplus pada bulan Oktober 2020 yang sebesar US$ 3,61 miliar, surplus pada bulan November menunjukkan tanda kegiatan ekonomi mulai membaik karena surplus tidak hanya didorong oleh lesunya impor akibat lemahnya permintaan, tetapi juga sebagai akibat dari akselerasi ekspor.

Sentimen positif juga datang dari adanya vaksin yang telah datang ke Indonesia. Hal ini bisa melecut optimisme masyarakat dan berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi.

Melihat perkembangan tersebut, LPEM FEB UI berpendapat bahwa alangkah bijaknya kalau suku bunga acuan yang merupakan instrumen untuk memacu aktivitas ekonomi perlu dilakukan pada waktu yang tepat untuk mencapai manfaat yang optimal.

Selanjutnya: Saham tambang batubara dan nikel masih jadi primadona pekan ini, simak rekomendasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×