Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan kalau perekonomian Indonesia di kuartal III-2020 masih akan berada di zona negatif.
Menurut lembaga tersebut, perekonomian Indonesia dalam periode Juli 2020 hingga September 2020 akan berada di kisaran minus 3,9% yoy hingga minus 2,8% year on year (yoy).
Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan, kalau besaran dan skala guncangan Covid-19 ini menimbulkan ketidakpastian yang tinggi, terutama tentang kapan pandemi ini akan berakhir.
“Sehingga kemungkinan aktivitas ekonomi yang lebih lambat di kuartal III-2020 dibandingkan posisinya di tahun lalu tidak dapat dihindari karena bisnis tidak dapat beroperasi dengan kapasitas penuh,” kata Riefky dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (3/11).
Baca Juga: Kredit macet bank dinilai masih dalam tahap wajar, ini sebabnya
Dengan perekonomian yang masih berkutat di zona negatif, secara teknikal, berarti perekonomian Indonesia sudah masuk ke zona resesi di kuartal III-2020.
Akan tetapi, Riefky menekankan kalau jangan terlalu fokus terhadap defenisi resesi saja, tetapi fokusnya adalah bagaimana bisa keluar dari jurang resesi ini.
Karena inti dari permasalahan perekonomian Indonesia adalah pandemi Covid-19, berarti pemerintah dan masyarakat saat ini seharusnya memperhatikan pada penanganan isu kesehatan dan bagaimana menurunkan jumlah kasus harian.
Baca Juga: Ekonomi tahun depan tergantung penanganan pandemi corona
“Serta menjamin kecukupan kebutuhan dasar dari masyarakat yang terdampak dari krisis Covid-19 ini,” tambah Riefky.
Fokus dan pengimplementasian dari strategi penanganan virus ini akan berperan penting dalam menentukan kondisi perekonomian Indonesia untuk sisa tahun ini dan tahun depan.
Di sepanjang tahun 2020 ini, LPEM FEB UI memperkirakan kalau perekonomian masih berada dalam zona negatif. Diprediksi, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran minus 2,2% yoy hingga minus 0,9% yoy.
Sementara di tahun 2021, lembaga tersebut memprediksi kalau pertumbuhan ekonomi bisa melesat di kisaran 4,7% yoy hingga 5,5% yoy atau berarti sudah mencapai tingkat pertumbuhan sebelum masa pandemi.
Akan tetapi, ini juga perlu didukung oleh penanganan aspek kesehatan yang serius dan efektif.
Selanjutnya: Pengusaha ingatkan potensi gelombang PHK saat upah minimum naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News