Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. LPEM FEB UI meminta Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Oktober 2023.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan, langkah mempertahankan suku bunga acian di level 5,75% ini dengan melihat kondisi ketidakpastian global.
Salah satunya muncul dari kondisi Amerika Serikat (AS), yaitu adanya potensi kenaikan suku bunga acuan dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: Strategi Bank Indonesia Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
"Ini mengakibatkan lonjakan arus modal keluar dari pasar Indonesia selama beberapa pekan terakhir," terang Riefky kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10).
Seperti yang terlihat dalam penjualan saham dan aset obligasi senilai US$ 1,35 miliar antara pertengahan September 2023 dan pertengahan Oktober 2023.
Ini akan membawa tekanan pada nilai tukar rupiah. Bahkan, Riefky menilai ketidakpastian akan berlanjut untuk beberapa waktu ke depan sehingga memberi tantangan tersendiri bagi bank sentral.
Baca Juga: Ketidakpastian Masih Membayangi Ekonomi Global, BI Siapkan Strategi Ini
Sementara itu, dari sisi inflasi, inflasi tetap rendah di bawah 3% yoy pada September 2023. Namun, inflasi perlu dijaga di tengah beragam tantangan, terutama fenomena El Nino yang bisa mengancam suplai pangan.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Riefky mengungkapkan perlunya BI untuk menjaga rupiah. Sembari menjaga selisih suku bunga acuan dengan The Fed. "Sembari, BI menjalankan kebijakan makroprudensial untuk menstabilkan tekanan jangka pendek pada tingkat harga dan nilai tukar," tandas Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News