Reporter: Uji Agung Santosa |
JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Infrastruktur (IIFF) akan membiayai sekitar 4 sampai 5 proyek infrastruktur pada tahun ini senilai US$ 200 juta. Proyek-proyek yang akan dibiayai merupakan proyek kerjasama pemerintah dan swasta (PPP), seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Jawa Tengah.
Deputi Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Dedy S. Priatna mengatakan pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan direksi dan komisaris Sarana Mitra Infrastruktur (SMI) sebagai induk IIFF.
“Di tahap awal diprioritaskan kepada proyek infrastruktur PPP, untuk pinjaman jangka panjang dulu dan nanti nilainya kecil-kecil dulu saja,” katanya. Sebagai lembaga keuangan, maka IIFF tidak boleh merugi. Untuk itu pembiayaan hanya diberikan untuk proyek yang ada jaminan pemerintah dan dipersiapkan secara matang dengan melalui Project Development Facility (PDF).
Sampai saat ini, SMI belum membuat aturan resmi mengenai kriteria proyek yang akan mendapat pembiayaan, karena menunggu IIFF secara resmi terbentuk. Pembangunan PLTU di Jawa Tengah senilai US$ 3 milliar menjadi salah satu proyek yang akan dibiayai oleh IIFF karena proyek itu dinilai aman, termasuk sudah adanya jaminan dari IFC, Korea Exim Bank dan JBIC. Selain itu pembiayaan juga akan diberikan untuk beberapa proyek air minum daerah.
Walaupun IIFF akan masuk dalam pembiayaan PLTU tersebut, namun diperkirakan tidak akan berperan besar karena modal awal IIFF yang juga sangat minim. “Dari kebutuhan US$ 3 milliar yang dari pinjaman sekitar US$ 2 milliar atau Rp 20 triliun. Kalau bagiannya sekitar 10% atau 5% kan sudah bagus,” katanya.
SMI sendiri akan menyelesaikan rencana bisnisnya (business plan) pada bulan ini. Dari Rp 1 triliun penyertaan modal pemerintah, Rp 600 milliar untuk IIFF dan Rp 400 milliar untuk SMI. Dalam rencana bisnis itu, SMI juga sudah mulai mempelajari proyek-proyek yang akan mendapat pendanaan termasuk kemungkinan kapan masuk ke pasar modal.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bambang Susantono mengatakan pemerintah akan melihat, proyek per proyek dan variabel lain. “Harus dibagi mana yang resikonya tinggi dan pendapatan tinggi, dan mana yang pendapatan rendah resiko rendah. Itu semua akan kita serahkan kepada direksinya, jangan ada pihak yang mengintervensi,” katanya.
IIFF dipastikan juga mendapat suntikan modal dari beberapa negara donor seperti International Finance Corporation (IFC) sebesar US$ 40 juta dan saya usaha Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar US$ 40 juta dalam bentuk permodalan. Selain itu adalah dalam bentuk pinjaman, dari ADB US$ 100 juta, Bank Dunia US$ 100 juta dan dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Dana JBIC sampai saat ini belum diperoleh kepastiannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News