kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Lemahnya Daya Beli Berisiko Tingkatkan Kriminalitas, Ekonom CORE Ingatkan Pemerintah


Minggu, 08 September 2024 / 23:34 WIB
Lemahnya Daya Beli Berisiko Tingkatkan Kriminalitas, Ekonom CORE Ingatkan Pemerintah
ILUSTRASI. Pelanggan berbelanja di salah satu supermarket di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (6/8/2024). I./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/06/08/2024.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan daya beli masyarakat semakin jelas terlihat seiring terjadinya deflasi selama empat bulan berturut-turut, banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK), serta terkoreksinya indeks manufaktur (PMI).

Kondisi ini, jika tidak segera diatasi, berpotensi meningkatkan risiko kriminalitas.

Baca Juga: Kelas Menengah Menurun, Pengamat UI Sebut Program Jamsos Perlu Lebih Efektif

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan bahwa kesenjangan ekonomi dan peningkatan kemiskinan memiliki korelasi erat dengan tingkat kriminalitas.

Namun, dalam situasi saat ini, masalah utamanya menimpa kelas menengah ke bawah yang daya belinya terus melemah.

“Untuk kelompok masyarakat miskin, perhatian utama tidak lagi di sana karena mereka masih mendapatkan bantuan sosial yang bisa menopang kebutuhan sehari-hari,” ungkap Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu (8/9).

Faisal justru mencatat bahwa kelas menengah, yang sebelumnya lebih sejahtera, kini mulai masuk dalam kategori rentan miskin.

Pendapatan mereka tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga mereka terpaksa mencari sumber lain untuk menutup kekurangan.

Baca Juga: Mewaspadai Deflasi yang Beruntun

“Mereka mungkin hanya bisa memenuhi kebutuhan dasar, dan untuk kebutuhan lain, harus mengandalkan tabungan—jika masih ada—atau mengambil utang,” jelas Faisal.

Situasi ini juga tercermin dari meningkatnya pinjaman melalui platform digital dan pinjaman online. Di saat yang sama, perjudian online pun menunjukkan peningkatan tajam.

Faisal menilai bahwa ini didorong oleh keterbatasan pendapatan masyarakat kelas menengah ke bawah.

“Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus, tentu akan memicu peningkatan kriminalitas, terutama bagi mereka yang terjebak dalam utang dan tidak mampu membayar,” kata Faisal.

Oleh karena itu, Faisal mengimbau pemerintah untuk segera mengambil langkah antisipatif guna mencegah penurunan daya beli kelas menengah ke bawah agar tidak memunculkan masalah yang lebih besar, seperti kriminalitas atau kecemburuan sosial.

Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di tengah situasi yang sulit.

Selanjutnya: Restrukturisasi US$ 474 Miliar Utang Rumah Tangga Thailand

Menarik Dibaca: AstraZeneca Lakukan Restorasi Lingkungan dengan Menggandeng KemenkoMarves

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×