kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,14   -2,37   -0.26%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lampu Merah Industri Manufaktur Indonesia, PHK Massal Mengancam


Rabu, 01 November 2023 / 15:13 WIB
Lampu Merah Industri Manufaktur Indonesia, PHK Massal Mengancam
ILUSTRASI. Penurunan indeks manufaktur Oktober 2023 ini dikarenakan menurunnya permintaan


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2023 berada di level 51,5. Angka ini turun 0,8 poin jika dibandingkan dengan capaian September 2023 yang berada pada level 52,3.

Indeks manufaktur tersebut masih ekspansi dan menunjukkan bahwa kondisi di sektor manufaktur membaik selama 26 bulan berturut-turut, meski dengan laju paling lambat sejak Mei 2023.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan, penurunan indeks manufaktur Oktober 2023 ini dikarenakan menurunnya permintaan, terutama permintaan dari pasar ekspor yang mengakibatkan penurunan produksi.

Baca Juga: Daya Beli Menurun, Indeks Kepercayaan Industri Melambat pada Oktober 2023

Celakanya, penurunan produksi biasanya akan sejalan juga dengan pengurangan tenaga kerja di sektor manufaktur, baik berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan untuk sementara waktu dengan jumlah atau persentase yang sepadan dengan penurunan produksi.

Ronny bilang, PHK secara sporadis (musiman) sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Penyebanya juga bermacam-macam, mulai dari mengecilnya pasar ekspor manufaktur Indonesia, serta kalah bersaing di pasar domestik akibat penetrasi barang impor murah dari China.

Selain itu, PHK tersebut bisa juga diakibatkan oleh digitalisasi produksi beberapa perusahaan manufaktur untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi.

"Jadi PHK sporadis ini jika lama-lama terus terjadi tentu akan berujung dengan PHK massal," ujar Ronny kepada Kontan.co.id, Rabu (1/11).

"Artinya, perpaduan pelemahan permintaan global, tekanan masif dari produk manufaktur impor, dan digitalisasi sektor manufaktur tentu akan menggerogoti sektor manufaktur kita. Bukan hanya menambah jumlah pekerja yang di PHK," imbuhnya.

Di sisi lain, Ronny juga menyoroti kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) yang semakin menunjukkan tren penurunan.

Padahal, peran sektor industri terhadap perekonomian sangat signifikan lantaran bisa menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dengan kualifikasi pendidikan yang beragam.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Anjlok ke Level 51,5 pada Oktober 2023

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia tuun menjadi 18,25% pada kuartal II-2023.Tren penurunan ini juga terjadi sangat cepat dan berbanding terbalik dengan negara China, Thailand, Malaysia dan Afrika Selatan yang bisa berhasil rebound dengan cepat untuk sektor industri manufakturnya.

"Kontribusi manufaktur terhadap PDB akan terus tertekan, lalu lapangan pekerjaan di sektor manufaktur juga akan semakin mengecil," pungkasnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono tidak menampik bahwa sudah ada pengurangan tenaga kerja di sektor manufaktur, khususnya di industri tekstil. Sementara, untuk di insutri plastik belum terlihat ada pengurangan tenaga kerja, melainkan hanya mengurangi volume produksi.

"Kalau industri tekstil sudah mulai ada pengurangan (tenaga kerja). Kalau di plastik si masih belum," kata Fajar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×