kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lambatnya perkembangan KEK Sorong karena kurangnya dorongan dari pemerintah


Jumat, 28 Februari 2020 / 14:05 WIB
Lambatnya perkembangan KEK Sorong karena kurangnya dorongan dari pemerintah
ILUSTRASI. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/31/01/2019


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - SORONG. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meninjau salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di Sorong, Papua Barat, pada Kamis (27/2) lalu.

Menurut pemantauan, sebagian besar areal dari KEK tersebut masih berupa hutan dan lahan kosong saja. Jalanan di dalam KEK pun terpantau masih banyak kerusakan dan berlubang. Luhut mengatakan, lambatnya perkembangan di KEK Sorong disebabkan karena kurangnya dorongan dari pemerintah. Selain itu, tidak ada lagi hambatan yang berarti di kawasan tersebut.

Baca Juga: Pemerintah berkomitmen sejahterakan Papua dan Papua Barat melalui green investment

"Selama ini masih belum kita dorong besar, misalnya Antam yang punya nikel ore. Dia harus bikin smelter di sini, kalau dia bikin smelter kan industrinya ada stainless steel-nya yang sedang berkembang," ujar Luhut di Sorong, Kamis (27/2).

Ditemui di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sorong Ir. Natanael mengungkapkan, perkembangan KEK Sorong di kawasan pelabuhan masih banyak kekurangan, baik dari segi infrastruktur maupun dari administrasi.

Natanael juga mengatakan bahwa dermaga di KEK Sorong masih perlu pengembangan lebih lanjut. "Kami perlu pengembangan dermaga ini, karena diharapkan pada saat ekspor itu perlu vessel, kapal-kapal yang besar di atas 20.000 gross tonage (GT). Untuk saat ini belum bisa, ada sedikit karang di situ, nanti akan diselesaikan oleh tim hubla (perhubungan laut)," paparnya.

Baca Juga: Menkop UKM akan konsolidasikan petani komoditas unggulan di Papua melalui koperasi

Untuk target pengembangan dermaga sendiri, Natanael bilang pihaknya aman menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup terlebih dahulu, barulah pengembangan dermaga akan dieksekusi lebih lanjut.

Di kawasan KEK Sorong sendiri, sudah ada 4 perusahaan yang sudah beroperasi di atas lahan seluas 30 hektare (ha). Padahal, luas lahan keseluruhan dari KEK Sorong sendiri ada lebih dari 500 ha. Sampai sejauh ini, total investasi yang baru masuk ke dalam KEK Sorong baru mencapai sekitar Rp 500 miliar dari target Rp 32,5 triliun.

Untuk target ke depan, Natanael berharap agar PT Aneka Tambang (Antam) bisa segera menanamkan modalnya di sana. Pasalnya, jika Antam sudah mulai menanamkan modalnya, maka akan banyak perusahaan lain yang juga akan menanamkan modal mereka.

Baca Juga: Luhut tidak ingin ada pengembangan perkebunan sawit di wilayah Papua

"Kami harap trigger pemicu paling besar kontribusinya adalah Antam. Kenapa? Karena Antam itu menggunakan raw material-nya itu dari gag nikel yang berasal dari wilayah Papua. Jadi mereka harus bangun smelter di wilayah Papua. Harus ada yang jadi pionir, kalau tidak ada yang bersedia jadi pionir yang lain akhirnya hanya wait and see," paparnya.

Sampai saat ini, kata Natanael, sudah ada 10 perusahaan yang sedang menunggu penanaman modal dari Antam. Apabila Antam sudah masuk, maka barulah seluruh perusahaan tersebut mengikuti.

Ia juga mengungkapkan, pihaknya sudah membicarakan hal ini lebih lanjut dengan Antam. Namun, masih ada kalkulasi yang belum selesai, sehingga Antam belum bisa menanamkan modalnya di Papua. "Mereka masih ada hitung-hitungan. Kalkulasinya karena mereka akan kongsi dengan China segala macam, tinggal kongsinya ini kami nggak tau bagaimana," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×