Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto akhirnya melakukan kunjungan resmi ke China, meski waktu yang tersedia hanya tersisa satu hari di tengah padatnya agenda internasional.
Pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Teuku Rezasyah, menilai kunjungan ini tetap memiliki urgensi strategis, baik dari aspek simbolik maupun substansi kerja sama.
Menurutnya, keberangkatan Prabowo menunjukkan keyakinan bahwa masalah dalam negeri sudah dapat ditangani.
"Berarti Presiden yakin jika seluruh urusan domestik yang mengganjal selama tujuh hari terakhir telah terselesaikan dengan baik. Skenario terburuk dipastikan tak terjadi saat beliau di luar negeri karena sudah terdapat pembagian tugas seluruh kementerian/lembaga dalam penyelesaian segala akar krisis,” jelasnya kepada Kontan, Rabu (3/9/2025).
Baca Juga: Prabowo Kembali ke Tanah Air Usai Rangkaian Kunjungan Kerja di Tiongkok
Ia menambahkan, kehadiran Prabowo di Beijing memiliki bobot simbolik yang besar, baik dari sisi China sebagai tuan rumah maupun dari sudut pandang negara-negara peserta.
"Kunjungan ke Beijing memungkinkan beliau meyakinkan dunia bahwa RI telah sepenuhnya terkendali dan siap melanjutkan segala bentuk kerja sama internasional,” ujarnya.
Dari sisi substansi, Teuku menilai pertemuan ini membuka ruang untuk memperkuat kerja sama strategis yang telah ada maupun merintis inisiatif baru.
"Kunjungan ke Beijing sangatlah penting bagi kerja sama strategis, baik yang telah lama diikuti maupun yang kelak diikuti. Terbuka kesempatan RI berdialog secara bilateral dengan para kepala negara yang hadir, termasuk mengisi kerja sama yang belum berjalan maupun mengupayakan titik temu pada berbagai sektor,” paparnya.
Baca Juga: Prabowo Gelar Pertemuan Khusus dengan Putin di Beijing Bahas Peningkatan Investasi
Secara khusus, ia menyebut agenda dengan China dan Rusia terkait kelanjutan Comprehensive Strategic Partnership serta peran Indonesia dalam BRICS.
Selain itu, terdapat peluang memperkuat hubungan dengan India lewat kerja sama Indian Ocean Rim Association (IORA), serta membuka kembali Kedutaan Besar Indonesia di Korea Utara yang sempat tertutup sejak pandemi Covid-19.
“Termasuk juga mengundang Pemimpin Besar Kim Jong-un untuk berkunjung ke Indonesia, guna peningkatan hubungan bilateral serta membuka ruang dialog bagi perdamaian di Semenanjung Korea,” tambahnya.
Lebih jauh, Teuku menilai kunjungan singkat ini tetap berdampak pada posisi tawar Indonesia di kancah global.
Baca Juga: Saat Parade Militer China, Prabowo Berdiri Sejajar dengan Xi, Putin, dan Kim Jong Un
"RI semakin percaya diri dalam berurusan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, karena terbukti mampu menjaga keseimbangan geostrategis dan geoekonomi dalam rivalitas global saat ini. RI juga dapat bersikap proaktif dalam urusan tarif, nikel, investasi, dan alutsista,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa diplomasi luar negeri yang berhasil selalu ditopang oleh stabilitas domestik.
"Stabilitas dan pembangunan di dalam negeri merupakan prasyarat mutlak bagi keberhasilan diplomasi. Seorang kepala negara yang berkualitas tinggi dan proaktif mampu mempercepat pencapaian kepentingan nasional pada level dunia,” tegasnya.
Selanjutnya: Kemenperin Ajukan Tambahan Anggaran Rp1,46 Triliun, Ini Rinciannya
Menarik Dibaca: KLB Campak di Sumenep, Menkes Sebut Campak Lebih Menular daripada COVID-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News