kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kualitas SDM Papua tak boleh dipandang sebelah mata


Rabu, 01 Juli 2020 / 09:48 WIB
Kualitas SDM Papua tak boleh dipandang sebelah mata
ILUSTRASI. Siswa siswi SMA Negeri 2 Jayapura mengikuti Ujian Sekolah Berstandar Nasional Berbasis Komputer USBN-BK di Kota Jayapura, Papua, Kamis (23/3). Sebanyak 9.403 siswa siswi dari 44 SMP, 25 SMA dan 17 SMK di Kota Jayapura mengikuti USBN-BK dan USBN Kertas Pen


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Ditegaskan Meki, persepsi negatif tertentu ke warga Papua, sejatinya tidak tepat. Ia mengajak semua pihak untuk melihat secara utuh. Bahkan, persepsi negatif itu harus dilawan dengan prestasi. Ia bercerita, ketika kuliah di luar negeri, belajar sampai 13 jam.

Karena itu, jangan pernah merasa kecil hati, apalagi orang Papua sangat practical, bisa lebih baik dari yang lain. “Warga Papua punya kemampuan, yang penting jangan dipolitisir saya yakin anak muda Papua mampu sukses, jangan selalu down,” ujarnya. 

Baca Juga: Akhirnya, Pemkab Garut berhasil evakuasi warga yang terisolasi di Papua

J.R Mansoben Akademisi Universitas Cendrawasih menambahkan, dari berbagi riset dan literatur, anak-anak muda Papua sesungguhnya sangat mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi apapun. Kemudian juga mampu meningkatkan kemampuan secara cepat, sehingga akan mampu memimpin setiap lingkungan.

“Itu sudah menjadi sifat dasar sehingga tidak boleh ada keraguan, berikan kesempatan kepada pemuda Papua, dalam bidang apa saja, karena bisa beradaptasi, dan mampu memimpin,” ujar Mansoben.

Karena itu, perlu dukungan sistem pendidikan yang bagus dan mampu dirasakan semua di Papua, agar segala potensi dapat dikeluarkan sehingga bersama-sama mampu membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Benediktus Papa, Ketua Presidium PP PMKRI 2020-2022, dalam kesempatan diskusi menyampaikan, semangat anak muda Papua sangat besar, juga mampu bersaing, hanya saja seringkali kemampuan itu tidak sejalan dengan kesempatan yang tersedia.

Hal ini terutama ketika kembali ke Papua. Karena itu, ia mendorong agar otonomi khusus benar-benar mampu memberi ruang yang besar kepada SDM Papua.  Kesan bahwa apatis terhadap anak muda Papua sangat tidak tepat, karena sejatinya sangat tinggi keinginan untuk membangun memimpin.

“Semangat kawan-kawan pemuda Papua sangat tinggi, dikesankan apatis padahal di lapangan semangat  mereka tinggi membangun, namun ada stigma sehingga hilang kepercayaan diri ketika bertarung di daerah, ini masih jadi persoalan untuk di evaluasi, diperbaiki,”jelasnya. 




TERBARU

[X]
×