Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat Indonesia telah menunjukkan gejala deindustrialisasi dini. Ini terlihat dari kontribusi industri manufaktur ke produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang menurun.
Pada sekitar tahun 2000, kontribusi industri manufaktur ke PDB tembus sekitar 32%. Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan, kontribusi pertumbuhan industri manufaktur pada PDB tahun 2023 sekitar 18,34%.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, penurunan kontribusi industri manufaktur kepada pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh ukuran perekonomian Indonesia yang member.
Baca Juga: Deindustrialisasi Dini Jadi Tantangan Indonesia Masuk Negara Berpendapatan Tinggi
“Size (ukuran) ekonomi membesar. Jadi, kontribusi industrinya ini relatif menurun,” jelas Airlangga saat menjawab pertanyaan Kontan.co.id, Senin (5/2) di Jakarta.
Selain itu, Airlangga juga menekankan kalau industri manufaktur ini juga berkaitan dengan sektor perdagangan. Ia mengklaim, sektor perdagangan merupakan bagian dari kelanjutan industri pengolahan.
Bahkan, ia menyiratkan Indonesia sudah mulai menyusul negara maju. Mengingat, negara-negara maju ada integrasi antara industri manufaktur dengan industri perdagangan.
Baca Juga: Bappenas Gandeng Jerman untuk Melakukan Reformasi Pengelolaan Sampah
“Bahkan, kalau disatukan, kontribusi pada sektor tersebut dua-duanya mendekati 31%. Ini juga relatif solid dan kuat,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News