kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.296   -38,00   -0,23%
  • IDX 7.118   -48,47   -0,68%
  • KOMPAS100 1.035   -9,01   -0,86%
  • LQ45 795   -6,82   -0,85%
  • ISSI 230   -1,51   -0,65%
  • IDX30 414   -1,63   -0,39%
  • IDXHIDIV20 485   -0,53   -0,11%
  • IDX80 116   -0,98   -0,84%
  • IDXV30 119   0,20   0,16%
  • IDXQ30 133   -0,23   -0,17%

Konsumsi Melemah, Pemerintah Harus Genjot Investasi dan Ekspor


Senin, 16 Juni 2025 / 21:52 WIB
Konsumsi Melemah, Pemerintah Harus Genjot Investasi dan Ekspor
ILUSTRASI. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang turun ke level 117,5 menunjukkan mulai munculnya pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi,


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Mei 2025 yang turun menjadi sinyal penting yang perlu diwaspadai. 

Menurut Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef Rizal Taufiqurrahman, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang turun ke level 117,5 menunjukkan mulai munculnya pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi, terutama dari sisi pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja.

“Kecenderungan menahan belanja dan memilih menabung mengindikasikan risiko pelemahan konsumsi yang cukup nyata. Karena kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB lebih dari 50%, tren ini harus diwaspadai,” ungkap Rizal kepada Kontan, Senin (16/6).

Baca Juga: Survei BI: Proporsi Konsumsi Menurun, Konsumen Mulai Perbanyak Tabungan

Dengan tekanan daya beli dan tingginya kehati-hatian konsumen, Rizal memproyeksikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun ini kemungkinan hanya tumbuh di kisaran 4,5%–5%, lebih rendah dibandingkan proyeksi optimistis pemerintah di atas 5%.

Rizal menilai jika konsumsi tidak lagi mampu menjadi motor utama perekonomian, maka arah pertumbuhan harus bertumpu ke penguatan investasi produktif dan ekspor berorientasi nilai tambah.

Percepatan belanja modal negara, optimalisasi investasi swasta, pemanfaatan dana Sovereign Wealth Fund (SWF), dan pelonggaran regulasi investasi menjadi langkah prioritas yang harus segera didorong.

Ekspor non-migas juga dinilai memiliki potensi besar menopang pertumbuhan, khususnya dari sektor manufaktur, produk pertanian olahan, dan jasa digital. 

"Ini berpotensi menopang pertumbuhan bila pemerintah mampu membuka pasar lewat skema dagang seperti IEU-CEPA," kata Rizal

Di sisi lain, pengembangan ekonomi digital dan penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbasis teknologi dinilai bisa menjadi pilar penting dalam menopang perekonomian nasional.

Sektor ini dinilai mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan mendorong inklusi ekonomi yang lebih merata di berbagai daerah.

Rizal menambahkan, kombinasi kebijakan yang memperkuat investasi, mendorong ekspor bernilai tambah, serta mengembangkan sektor digital dan UMKM akan menjadi kunci dalam menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah perlambatan konsumsi rumah tangga.

Baca Juga: Survei BI Mei 2025: Ekspektasi Konsumen Terhadap Ekonomi Enam Bulan ke Depan Turun

Selanjutnya: L’Oréal Indonesia Optimistis Pertahankan Posisi Pemain Utama di Industri Kecantikan

Menarik Dibaca: Ini Cara Lunasi Cicilan Pinjaman Rp 10 Juta Setiap Bulanan dan Biaya Tersembunyi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×