kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.306   -16,00   -0,10%
  • IDX 6.839   -30,45   -0,44%
  • KOMPAS100 989   -6,64   -0,67%
  • LQ45 760   -4,85   -0,63%
  • ISSI 223   -0,20   -0,09%
  • IDX30 391   -3,76   -0,95%
  • IDXHIDIV20 455   -5,90   -1,28%
  • IDX80 111   -0,62   -0,56%
  • IDXV30 113   -0,92   -0,81%
  • IDXQ30 127   -1,14   -0,89%

Konflik Israel-Iran Memanas, Kemenkeu Fokus Jaga Ketahanan Pangan


Rabu, 25 Juni 2025 / 05:30 WIB
Konflik Israel-Iran Memanas, Kemenkeu Fokus Jaga Ketahanan Pangan
ILUSTRASI. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menyiapkan langkah antisipasi untuk meredam dampak konflik di Timur Tengah


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menyiapkan langkah antisipasi untuk meredam dampak konflik di Timur Tengah.

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan bahwa ketegangan geopolitik seperti konflik Iran-Israel semakin memperburuk tekanan terhadap perekonomian global, yang sudah sejak awal tahun dihantam oleh gelobang tarif perdagangan.

Apalagi, Bank Dunia alias World Bank telah merevisi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,3% di 2025. 

Baca Juga: Kemenkeu: Tidak Ada Negara yang Sepenuhnya Siap Hadapi Eskalasi Konflik Global

Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) juga memproyeksikan pertumbuhan perdagangan global turun menjadi hanya 1,7%.

Menurut Febrio, tekanan terhadap ekonomi global sebenarnya sudah mulai terasa sejak kuartal I 2025, saat resiprokal tarif mulai diterapkan dan mengejutkan banyak pelaku pasar. 

Situasi ini semakin memburuk pada kuartal II, seiring eskalasi geopolitik yang menciptakan ketidakpastian tinggi, mirip dengan periode 2022 saat perang Rusia–Ukraina memanas.

"Jadi ini memang sudah langsung menjadi ancaman dari sejak triwulan 1 dan triwulan 2, sekarang kita ditambah dengan eskalasi dan kemudian ketidakpastian melambung tinggi lagi," ujar Febrio dalam acara Business Talk Kompas TV, Selasa (24/6).

Dampak langsung dari kondisi tersebut paling terlihat pada volatilitas harga komoditas global, terutama energi dan pangan. Febrio menyebut harga energi sempat melonjak di level 8%.

Baca Juga: Kemenkeu: Ruang Fiskal Masih Aman Redam Dampak Perang Iran-Israel

"Yang tidak kalah pentingnya adalah harga komoditas pangan. Nah ini biasanya kita lihat soybean, lalu wheat, kalau Indonesia kita lihat beras. Nah di sinilah kita resiliensi dari ekonomi kita akan terus kita coba kelola," katanya.

Meski tekanan global kian berat, Febrio menekankan bahwa pemerintah Indonesia sudah mengambil langkah mitigatif sejak kuartal pertama. Salah satunya adalah melalui ketahanan pangan.

"Kita melihat pertama kalinya Indonesia punya pertumbuhan sektor pertanian 10%," tegas Febrio.

Selanjutnya: BSU Rp 600.000 Cair Untuk 2,4 Juta Karyawan, Cek Penerima JMO BPJS Ketenagakerjaan

Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 Harga Juni 2025 Jadi Ponsel Lipat Terbaik? Ini Dia Jawabannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×