kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.355   -190,00   -1,15%
  • IDX 6.869   82,03   1,21%
  • KOMPAS100 995   15,18   1,55%
  • LQ45 764   10,59   1,40%
  • ISSI 223   2,25   1,02%
  • IDX30 395   4,66   1,19%
  • IDXHIDIV20 461   4,56   1,00%
  • IDX80 112   1,50   1,36%
  • IDXV30 114   0,50   0,44%
  • IDXQ30 128   1,96   1,56%

Kemenkeu: Tidak Ada Negara yang Sepenuhnya Siap Hadapi Eskalasi Konflik Global


Selasa, 24 Juni 2025 / 23:18 WIB
Kemenkeu: Tidak Ada Negara yang Sepenuhnya Siap Hadapi Eskalasi Konflik Global
ILUSTRASI. Kemenkeu menegaskan bahwa lonjakan ketidakpastian global akibat konflik geopolitik dan perang tarif telah menempatkan semua negara dalam posisi rentan.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa lonjakan ketidakpastian global akibat konflik geopolitik dan perang tarif telah menempatkan semua negara dalam posisi rentan.

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Febrio Nathan Kacaribu menilai, tidak ada satu negara pun yang benar-benar siap menghadapi eskalasi global seperti yang terjadi saat ini.

"Paling tidak, satu hal yang bisa saya angkat adalah kalau dibilang siap, mana ada negara yang siap. Tapi kalau kita lihat di triwulan satu, apa yang sudah kita siapkan dari sisi ketahanan ekonomi dan kita lebih persempit lagi misalnya jelasnya adalah ketahanan pangan," ujar Febrio dalam acara Business Talk Kompas TV, Selasa (24/6).

Baca Juga: Kemenkeu: Ruang Fiskal Masih Aman Redam Dampak Perang Iran-Israel

Menurutnya, tekanan terhadap perekonomian global sudah mulai terasa sejak awal tahun. 

Ia menyebutkan bahwa penerapan resiprokal tarif antar negara besar sejak kuartal I-2025 telah memicu perlambatan aktivitas ekonomi global.

Untuk itu, Bank Dunia alias World Bank pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 2,3%.

Selain dari sisi tarif perdagangan, eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya yang melibatkan Iran dan Amerika Serikat, ikut menambah beban tekanan. 

Menurutnya, kondisi saat ini mirip seperti 2022 saat perang Ukraina-Rusia meledak.

"Sekarang kita ditambah dengan eskalasi dan kemudian ketidakpastian melambung tinggi lagi," katanya.

Baca Juga: Di Tengah Guncangan Global, Kemenkeu Sebut SBN RI Justru Diminati Investor Asing

Kondisi ini langsung berdampak pada lonjakan harga komoditas global. Febrio mengungkapkan bahwa harga energi sempat melonjak hingga 8%, sementara harga pangan seperti gandum, kedelai, hingga beras terus mengalami volatilitas.

Namun di tengah tantangan tersebut, Febrio menyatakan Indonesia telah mengambil langkah-langkah antisipatif sejak dini, terutama dalam menjaga ketahanan pangan. 

Ia menyebutkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, sektor pertanian Indonesia tumbuh 10%, didorong oleh program swasembada pangan yang mulai menunjukkan hasil nyata.

Selanjutnya: Harga Emas Spot Turun 2% Selasa (24/6), Akibat Gencatan Senjata Iran-Israel

Menarik Dibaca: Musim Liburan, Gangguan Perjalanan Whoosh Akibat Layang-Layang Meningkat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×