kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kondisi keuangan global longgar di semester II-2019, BI: Ini dorong aliran modal


Selasa, 28 April 2020 / 17:41 WIB
Kondisi keuangan global longgar di semester II-2019, BI: Ini dorong aliran modal
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas di gedung kantor pusat Bank Indonesia (BI) Jakarta, (18/7).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi keuangan global di sepanjang semester II-2019 tergolong longgar, ini ditandai dengan rendahnya suku bunga dan likuiditas yang melimpah di negara maju sehingga mendorong investor global mencari imbal hasil yang lebih tinggi.

"Likuiditas yang meningkat mendorong aliran modal portofolio ke negara maju terutama Amerika Serikat (AS) dan negara berkembang," tulis Bank Indonesia (BI) dalam Buku Kajian Stabilitas Keuangan No. 34 edisi Maret 2020 dikutip Selasa (28/4).

Sentimen positif tersebut yang akhirnya mendorong tingginya aliran modal ke pasar keuangan Indonesia. Selain itu, masuknya investor asing juga didukung oleh meredanya kekhawatiran perang dagang serta kebijakan akomodatif domestik.

Baca Juga: BI: Stabilitas sistem keuangan semester II-2019 terjaga di tengah ketidakpastian

Indonesia juga dinilai kompetitif bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Ini terlihat dari imbal hasil yang lebih kompetitif dari negara peers, terjaganya pertumbuhan ekonomi karena daya tahan ekonomi yang kuat, serta valuasi indeks harga saham yang relatif murah.

Selain itu, berbagai pull factors lainnya seperti kondisi makroekonomi dan stabilitas politik yang terjaga juga menarik investor asing.

Meski demikian, aliran masuk modal asing yang sebagai bentuk perilaku risk taking (search for yield), rupanya mampu meningkatkan risiko volatilitas sehingga memang perlu diwaspadai, terutama volatilitas nilai tukar di negara berkembang.

"Dengan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih baik dibanding negara maju lainnya dan perubahan arah kebijakan The Fed, ini bisa mengakibatkan penguatan mata uang dollar AS terhadap mata uang negara lainnya, termasuk Indonesia," tulis BI.

Bahkan, di semester kedua kemarin, ada beberapa negara berkembang yang mengalami pelemahan nilai tukar terbesar dan volatilitasnya tertinggi dari negara peers, yaitu Turki, Brazil, dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Meski ada ketidakpastian global, BI: Rupiah perkasa sepanjang semester II-2019 lalu

Kabar baiknya, rupiah masih perkasa dengan mengalami penguatan nilai tukar dan volatilitas yang tetap terjaga seiring dengan prospek ekonomi yang lebih baik dan imbal hasil yang lebih tinggi. Selain itu ada juga Peso Filipina dan Baht Thailand.

Untuk itu, bank sentral mengaku akan memperkuat kuda-kuda untuk tetap menjaga nilai tukar rupiah dengan cara mengarahkan desain kebijakan untuk tetap menjaga level imbal hasil yang menarik, menjaga sentimen positif akan kredibilitas kebijakan.

Selain itu, BI juga menggandeng pemerintah untuk melanjutkan transformasi ekonomi untuk mengalirkan arus modal ke jangka waktu yang lebih panjang dan ke arah pembiayaan sektor yang lebih produktif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×